Katanya GJP Mojokerto Itu Sehat, Tak Tahunya Gerak Jalan Polusi

Sabtu, 03 November 2018 - 20:33 WIB
Katanya GJP Mojokerto Itu Sehat,  Tak Tahunya Gerak Jalan Polusi
Peserta GPJ Mojokerto yang harus berjalan dan bertarung di tengah macetnya kendaraan yang penuh dengan polusi.Foto/SINDONews/Tritus Julan.
A A A
MOJOKERTO - Ribuan peserta Gerak Jalan Perjuangan (GPJ) yang digelar Pemkab Mojokerto harus menelan kekecewaan. Peserta mengeluhkan rute gerak jalan yang cenderung semrawut lantaran bercampur dengan kendaraan umum. Peserta justru menilai ini adalah gerak jalan polusi, bukan gerak jalan perjuangan.

GPJ Mojokerto, merupakan event tahunan yang digelar Pemkab Mojokerto. Tahun ini, event tersebut digelar kali keempat, Sabtu (3/11) dengan mengambil start di lapangan Desa Lebaksono, Kecamatan Pungging dan finish di lapangan Kecamatan Kutorejo. Puluhan tahun gerak jalan legendaris ini sempat menghilang dan Pemkab Mojokerto berupaya membangkitkannya kembali.

Sayang, event keempat kali ini event ini digelar, selalu saja mendapatkan keluhan dari peserta. Terutama soal rute yang dianggap tak bersahabat. Peserta harus bertarung dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Praktis, peserta menilai jika semangat sehat dari gerak jalan ini justru hilang. ”Bagaiman bisa dibilang sehat jika kita berjalan di belakang asap truk, bus, sepeda motor,” keluh Taufan Pamungkas, salah satu peserta.

Di awal start, panitia memang menutup akses jalan untuk kendaraan bermotor. Namun lepas 1 kilometer, peserta berada di jalur umum yang padat kendaraan bermotor. Bahkan, kendaraan bermotor seperti bus dan truk berjalan dua arah memenuhi rute gerak jalan. Praktis, peserta harus bertarung melawan asap kendaraan.

Terlihat saat melintas di Jalan Raya Mojosari – Pacet hingga Kutorejo, jalanan ini penuh sesak dengan mobil yang macet dan menimbulkan polusi yang cukup mengganggu. Peserta justru berjalan di jalur tanah yang penuh dengan debu. ”Harusnya jalan ditutup dan ada rekayasa lalu-lintas sementara. Bagaimana bisa nyaman mengikuti gerak jalan di tengah-tengah polusi asap kendaraan bermotor yang padat. Ini namanya gerak jalan polusi,” keluhanya.

Keluhan yang sama juga diungkap Arief. Menurutnya, dari tahun ke tahun, tak ada uapaya perbaikan teknis pelaksanaan GPJ Mojokerto dari panitia. Padahal, banyak masyarakat yang antusias dengan gerak jelan legendaris itu. Empat kali digelar, justru mendapatkan nilai merah. ”Kalau seperti ini terus, dari tahun ke tahun peserta akan merosot,” ujar Arief.

Sebagian masyarakat memang ingin bernostalgia dengan gerak jalan perjuangan Mojokerto yang sudah digelar sejak tahun 80-an itu. Setelah event GPJ Mojokerto mati suri puluhan tahun dan bangkit kembali sejak empat tahun yang lalu, banyak peserta dari kalangan tua yang ikut serta. Namun dalam GPJ Mojokerto kali ini, generasi tua sudah tidak lagi tampak. ”Kemungkinan kecewa dengan event sebelumnya. Harusnya memang lebih diperbaiki secara teknis,” tuturnya.

Gerak jalan, lanjut Arief, sejatinya adalah momentum untuk mendapatkan sehat dan tempat bersosialisasi dengan kelompok masyarakat lainnya. Dengan situasi yang tidak kondusif, kata Arief, dua hal itu justru tak didapati peserta. ”Sehat enggak, nyaman juga enggak,” pungkasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.6049 seconds (0.1#10.140)