Wow! Indonesia Berhasil Hentikan Impor 9,2 Juta Ton Jagung

Rabu, 07 November 2018 - 09:46 WIB
Wow! Indonesia Berhasil Hentikan Impor 9,2 Juta Ton Jagung
Kementrian Pertanian (Kementan) sukses menggenjot produksi jagung nasional untuk memenuhi kebutuhan domestik, bahkan ekspor. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Upaya menggenjot produksi jagung nasional, diklaim Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, mulai membuahkan hasil dengan tercukupinya kebutuhan domestik.

Selain telah mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional. Peningkatan produksi jagung, juga berhasil melakukan ekspor jagung sebanyak 372 ribu ton.

Upaya pencapaian swasembada jagung dilakukan Kementan melalui program Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi jagung, dengan peningkatan indeks pertanaman lahan sawah, penanaman di lahan kering, dan integrasi jagung di lahan sawit.

Selain itu, juga dilakukan penanganan pasca panen, serta membangun kemitraan antara petani dengan Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT)

Hasilnya, pemerintah mampu melakukan pengurangan impor jagung sejak 2016. Jika pada tahun 2015 total impor jagung 3,5 juta ton, selanjutnya tahun 2016 menurun menjadi 1,3 juta ton dan tahun 2017 ditekan lagi menjadi nol impor jagung pakan ternak.

Kumulatif impor jagung pakan ternak yang disetop dari 2016 hingga 2018 sejumlah 9,2 juta ton, dengan rincian 2016 menghemat tidak impor 2,2 juta ton, 2017 menghemat tidak impor 3,5 juta ton dan 2018 menghemat tidak impor 3,5 juta ton. Bahkan tahun 2018 telah dilakukan ekspor 372.000 ton.

Jika tidak ada program UPSUS dan hanya dilakukan program yang biasa-biasa saja, maka diyakini Indonesia tahun 2018 dipastikan impor 3,87 juta ton, yaitu 3,5 juta ton impor yang telah di-nol-kan ditambah 372 juta ton dari realisasi ekspor 2018. Ini artinya, Program Upsus Jagung selama tiga tahun bisa menghemat devisa sebesar 9,6 juta ton senilai Rp31 triliun.

Sejak tahun 2016-2018 sebagian pabrik pakan melakukan upaya-upaya rasionalisasi agar pakan bisa murah dengan mencampurkan gandum sebagai substitusi sebagian jagung.

Adanya kenaikan nilai tukar dolar sebesar Rp1.500 per USD para pabrik pakan melakukan rasionalisasi dengan menggantikan sebagian komponen bahan pakan semula dari gandum impor menjadi dari jagung lokal.

Sehingga izin impor gandum pakan sebanyak 200.000 ton untuk pabrik pakan besar tidak direalisasikan, namun mereka menggantikannya dengan membeli jagung lokal.

Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar mengakibatkan jagung yang biasa diserap peternak kecil mandiri, menjadi terserap oleh pabrik pakan besar.

Akibatnya pasokan jagung pakan ternak yang tersedia diserap seluruhnya oleh pabrik pakan besar. Di mana kebutuhan total jagung pakan 18 juta ton pertahun atau 1,5 juta ton per bulan, di antaranya untuk peternak kecil mandiri sebesar 2,64 juta ton pertahun atau 220.000 ton perbulan.

Akibatnya selanjutnya adalah pada waktu tertentu peternak kecil tidak memperoleh pasokan. Kondisi inilah yang terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November 2018, di mana ketersediaan jagung bagi peternak kecil berkurang dan harganya menjadi naik tidak terjangkau. Inilah yang membuat para peternak kecil protes berteriak menjerit.

Memperhatikan teriakan peternak kecil mandiri, pemerintah berupaya hadir menyelesaikan masalah yang ada dengan opsi impor jagung 50.000 hingga 100.000 ton bagi peternak kecil sebagai tindakan jaga-jaga.

Jumlah impor ini sangat kecil dibandingkan prestasi ekspor jagung 372.000 ton dan penyetopan impor 3-5 juta ton tiap tahun. Jika harga jagung nasional turun, maka jagung eks-impor pun tidak dikeluarkan ke pasar.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.9958 seconds (0.1#10.140)