Cerita Tan Malaka 'Palsu', yang Sempat Ditangkap di Mojokerto

Senin, 12 November 2018 - 00:05 WIB
Cerita Tan Malaka Palsu, yang Sempat Ditangkap di Mojokerto
Tan Malaka, merupakan salah satu tokoh pergerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Foto/Ist.
A A A
MOJOKERTO - Tan Malaka memang tokoh misterius. Aktivitas politik dan perlawanan terhadap penjajahan yang dia jalani pada masa kolonial, menyebabkannya menjadi buron.

Penyamaran sering dilakukannya dengan berganti-ganti identitas, membuat tidak banyak orang tahu langsung siapa dia, dan seperti apa sosoknya.

Karena kemistriusan, sekaligus populernya nama Tan Malaka, membuat orang ingin numpang tenar dengan menyaru dirinya. Tak sedikit mereka yang menyamar sebagai Tan Malaka hanya untuk sekedar numpang populer.

Di balik itu, ada cerita Tan Malaka 'palsu' yang dikisahkan Ayuhanafiq, penyusur sejarah asal Mojokerto, Jawa Timur.

Dikisahkan Ayuhan, pada suatu hari di bulan Nopember 1945, di stasiun besar Mojokerto terjadilah kegaduhan. Hal itu karena ada seorang pria turun dari mobilnya, dengan disertai orang yang terlihat asing bagi warga kota Mojokerto.

Pada orang yang dijumpai dia memperkenalkan diri sebagai Tan Malaka. Perkenalan diri yang mengundang curiga dari orang yang melihatnya.

Nama Tan Malaka memang sudah banyak didengar sejak masa sebelum proklamasi. Nama itu banyak disebut oleh kalangan pemuda pergerakan, sebagai tokoh misterius dengan pemikiran genius.

Buku-buku karangannya beredar dari tangan ke tangan untuk dibaca secara sembunyi. Semua hal yang berkaitan dengan Tan Malaka merupakan barang haram yang mesti dimusnahkan. Tan Malaka dikenal sebagai tokoh radikal berhaluan kiri.

Bagi pemerintah kolonial nama Tan Malaka acap disebut sebagai peringatan. Bagai hantu yang menakutkan buat kelangsungan pemerintahan.

Tan Malaka adalah personal dengan bermacam nama penyamaran. Jaringan Tan Malaka tersebar dari Batavia hingga Surabaya. Hanya orang tertentu yang tahu siapa dia sebenarnya.

Mendengar ada orang yang mengaku diri sebagai Tan Malaka, polisi segera bergerak. Pria itu ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

Polisi memang mengantisipasi adanya tokoh palsu, karena beberapa hari sebelumnya juga ada orang yang mengaku diri sebagai Tan Malaka. Untuk menjaga segala kemungkinan maka oknum itu harus diamankan.

Melalui radio pemberontak, Bung Tomo, yang kala itu menjabat sebagai Ketua BPRI, sempat mengintruksikan agar menangkap siapa saja yang mengaku sebagai Tan Malaka.

Sebelumnya di Surabaya, juga sudah diamankan seorang Tan Malaka palsu. Karena itu BPRI pun melakukan penangkapan lalu diserahkan pada polisi untuk ditahan.

Kabar tentang tertangkapnya Tan Malaka palsu di Mojokerto itu segera menyebar. Dari stasiun ke stasiun menceritakan sosok yang tertangkap di stasiun Mojokerto, hingga sampai pada Johan Sjahrusjah, seorang tokoh pemuda Surabaya yang kebetulan pulang dari Jakarta.

Johan, lantas memutuskan turun di Mojokerto. Johan ingin melihat sendiri apakah dia Tan Malaka asli atau palsu.

Bagi Johan, tidaklah sulit baginya untuk menembus birokrasi polisi. Saat itu, Bupati Mojokerto, Soekandar, adalah sosok yang cukup familier bagi Johan.

Soekandar merupakan kader dalam Indonesia Muda yang pernah aktif pula di Parindra. Di Surabaya, nama Johan sudah kondang selaku aktor perlawanan bawah tanah. Anggota IM juga banyak yang memegang peranan dalam pemerintahan di Mojokerto.

Johan Sjahrusjah memang mengenal Tan Malaka secara pribadi. Mereka berdua memiliki pemikiran yang sama condong ke kiri, meskipun Johan lebih dekat pada kelompok sosialis yang berbeda arah perjuangan dengan faksi komunis. Mereka berdua beberapa kali bertemu untuk urusan politik.

"Setelah dipersilahkan melihat tahanan dimaksud, ternyata Tan Malaka itu asli. Asli seperti yang dikenalnya, bukan palsu seperti yang disangkakan. Oleh karenanya Johan meminta agar dia dibebaskan. Tan Malaka kemudian diajak Johan ke Surabaya. Dan atas tindakan salah tangkap itu, pihak BPRI Mojokerto sempat meminta maaf," ujar Yuhan, sapaan akrab Ayuhanafiq.

Sebelum peristiwa penangkapan itu, Tan Malaka sempat berkunjung ke pesantren Tebuireng. Dia bertemu secara langsung dengan Mbah Hasyim. Pembicaraan mereka berdua tidak banyak diketahui orang karena saat itu Tan Malaka tidak memperkenalkan dirinya secara terbuka.

Pada tahun 1946, Tan Malaka kembali ditahan di Mojokerto. Penahanan yang kedua itu karena dia dianggap terlibat dalam kudeta yang dilakukan Jendral Sudarsono di Jogjakarta.

"Saat itu tak banyak yang tahu jika Tan Malaka “palsu” yang sebelumnya ditangkap, adalah Tan Malaka asli," paparnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.3342 seconds (0.1#10.140)