Akibat Munculkan Diksi Gaduh, Dua Capres Bisa Ditinggal Pemilih Milenial

Jum'at, 16 November 2018 - 14:17 WIB
Akibat Munculkan Diksi Gaduh, Dua Capres Bisa Ditinggal Pemilih Milenial
Dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi-KH Maruf Amin dan Prabowo-Sandiaga. Foto/Dok/SINDOnews A+ A- JAKARTA - Proses kampanye pemilihan presiden (Pilpres) 2019 menjadi sorotan. Bagaimana tidak, belum genap dua bulan kampanye berlangsu
A A A
JAKARTA - Diksi sarkartis dari dua kubu peserta Pilpres yakni Jokowi-KH Ma'ruf Amin dan Prabowo - Sandiaga Uno. Hal ini bisa berpengaruh terhadap pilihan mileneal

Alih-alih mendidik rakyat dengan adu program dan gagasan, kontestan Pilpres justru memainkan politik berbalas pantun di ruang publik.

"Dari kedua calon tak bisa menampilkan bahasa kampanye yang edukatif," kata pengamat politik Indonesia Public Institute (IPI) Jerry Massie kepada SINDOnews, Jumat (16/11/2018).

Jerry menyoroti komunikasi politik yang saling serang oleh dua calon presiden. Seperti pernyataan Prabowo yang menyebut orang Sulawesi banyak makan, 99% orang Indonesia hidup pas-pasan, hingga prediksi 2030 Indonesia bubar. Jerry juga menganggap lucu pernyataan Jokowi yang menyebut politikus sontoloyo dan politik genderuwo.

"Dari cara berpikir kita bisa lihat bagaimana grand strategy dan design mereka memimpin Indonesia," kata Jerry.

Lebih lanjut Jerry menilai, gaya komunikasi politik para kontestan Pilpres tidak dapat diterima kelompok milenial. Padahal, ada sekitar 43% pemilih milenial di Pilpres 2019 ini. Dengan gaya komunikasi politik seperti saat ini, Jerry meyakini para kontestan Pilpres bisa ditinggalkan pemilih milenial.

"Data KPU pemilih mileneal ada 43% atau sekitar 80 juta dari 185 juta pemilih. Dibandingkan dengan emak-emak, buruh, mereka lebih banyak. Jangan remehkan penggunaan bahasa dan kosa kata dalam politik," ucap Jerry.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7318 seconds (0.1#10.140)