Isinya Mengerikan, Trump Enggan Dengar Rekaman Pembunuhan Khashoggi

Senin, 19 November 2018 - 09:37 WIB
Isinya Mengerikan, Trump Enggan Dengar Rekaman Pembunuhan Khashoggi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump. Foto/REUTERS/File Photo
A A A
WASHINGTON - Rekaman yang diduga menggambarkan pembunuhan, Jamal Khashoggi terlalu mengerikan, sampai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump enggan mendengarkannya.

"Kami memiliki rekaman itu. Saya tidak ingin mendengar rekaman itu. Tidak ada alasan bagi saya untuk mendengar rekaman itu," kata Trump dalam program Fox News Sunday.

Ditanya pembawa acara program Chris Wallace, mengapa dia tidak ingin mengenali bukti penting dalam pembunuhan jurnalis pengkritik rezim Riyadh tersebut, Trump menjawab: "Karena itu adalah rekaman penderitaan."

Khashoggi dibunuh skuad algojo Riyadh, yang berjumlah sekitar 15 orang di Konsulat Saudi di Istanbul, pada 2 Oktober 2018. Wartawan yang berstatus penduduk AS itu, mendatangi konsulat untuk memperoleh dokumen perceraian dengan mantan istrinya sebagai syarat untuk menikahi tunangannya, yakni perempuan Turki, bernama Hatice Cengiz.

Meski menolak mendengar rekaman audio itu, Trump mengaku sudah mendapat penjelasan tentang isi rekaman.

"Ini adalah rekaman sangat keras, sangat ganas dan mengerikan," kata Trump, yang dilansir Reuters, Senin (19/11/2018)."Tidak ada alasan bagi saya untuk mendengarnya," katanya lagi.

Menurut investigator Turki, Khashoggi dibunuh secara brutal, yakni tubuhnya dipotong-potong oleh skuat algojo Saudi di konsulat. Otoritas Saudi awalnya menyangkal bahwa jurnalis itu dibunuh di konsulat.

Namun, ketika semua bukti menunjuk pada para pejabat intelijen Saudi, pemerintah akhirnya mengakui bahwa Khashoggi terbunuh dalam interogasi. Rekaman yang terhubung di Apple Watch milik Khashoggi menjadi salah satu bukti.

Otoritas Turki, mengatakan, mereka telah mendapatkan rekaman audio yang mengerikan itu dan telah membagikannya dengan beberapa negara, termasuk AS.

Beberapa hari lalu, Washington Post melaporkan bahwa CIA menyimpulkan "dengan keyakinan tinggi" bahwa pembunuhan kolumnisnya itu diperintahkan oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS).

Wallace bertanya pada Trump, apakah MBS berbohong ketika dia secara pribadi meyakinkan Trump bahwa dia tidak ada hubungannya dengan kejahatan itu.

"Siapa yang benar-benar tahu? Tapi saya bisa mengatakan ini: dia punya banyak orang sekarang yang mengatakan dia tidak memiliki pengetahuan (tentang itu)," kata Trump.

Sejak skandal pembunuhan itu terungkap, Trump enggan menghukum Riyadh. Terlebih, negara kaya di Teluk itu adalah salah satu mitra keamanan dan bisnis utama Amerika.

Dalam wawancara hari Minggu, dia menegaskan kembali komitmennya untuk tetap dengan sekutu Amerika tersebut.

Awal pekan ini, Washington menyetujui 17 pejabat Saudi yang jadi tersangka pembunuhan Khashoggi dijatuhi sanksi. Dari 17 pejabat itu, beberapa di antaranya adalah orang dekat Putra Mahkota MBS.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9037 seconds (0.1#10.140)