Astaga! Paris Jadi 'Medan Perang' Saat Aksi Protes Kenaikan BBM

Minggu, 25 November 2018 - 07:36 WIB
Astaga! Paris Jadi Medan Perang Saat Aksi Protes Kenaikan BBM
Aksi demonstrasi menolak kenaikan BBM di Ibu Kota Prancis, Paris, berujung pada bentrokan. Foto/Ist.
A A A
PARIS - Kota Paris, Prancis, bak 'Medan Perang' saat polisi Prancis melepaskan gas air mata, dan meriam air ke arah para pengunjuk rasa Rompi Kuning atas harga BBM.

Champs Elysee yang ikonik dipenuhi dengan asap saat kerumunan demonstran berusaha untuk bergerak lebih dekat ke istana kepresidenan, melemparkan botol dan batu ke arah polisi. Petugas menjawabnya dengan gas air mata dan meriam air.

Beberapa kendaraan dan bangunan telah dibakar, bahkan Arc de Triomphe nyaris tidak terlihat akibat asap tebal. Demonstran melakukan manuver melewati proyektil berasap sementara bentrokan berlanjut. Polisi telah menangkap setidaknya 42 orang di Paris.

“Itu membuat mata Anda merah dan sangat sulit untuk membukanya. Pada saat ini, mereka hanya terbakar tak terkendali,” laporan koresponden RT, Charlotte Dubenskij, Minggu (25/11/2018).

Selain menempatkan pusat kota hampir di blokade, kekacauan tumpah ke kereta bawah tanah dan lalu lintas terganggu, beberapa stasiun ditutup seluruhnya sebagai akibat dari "tindakan jahat."

Barikade didirikan di sepanjang jalan-jalan utama, beberapa dihancurkan oleh semprotan meriam air yang membuat demonstran melarikan diri.

Menurut Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner sekitar 8.000 pengunjuk rasa tumpah ke jalan-jalan di Paris, sementara lebih dari 100.000 orang berkumpul di seluruh negeri dengan hampir 130 orang ditangkap.

"Saya datang untuk menyatakan ketidakpuasan saya," kata seorang pengunjuk rasa, menambahkan bahwa, sebagai seorang pensiunan, dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli hadiah Natal bagi cucunya karena pajak sudah terlalu tinggi.

Dia juga mengeluh bahwa pihak berwenang menanggapi aksi protes dengan kekerasan dan gas air mata, memprovokasi kebencian di mana orang-orang tidak merasakan respon yang intens sebelumnya.

Seorang pengunjuk rasa lainnya mengatakan bahwa orang-orang marah dan menambahkan bahwa cara termudah untuk menyelesaikan konflik ini adalah melalui mosi tidak percaya dalam bentuk referendum.

"Apakah orang-orang menginginkan mereka (pemerintahan Presiden Emmanuel Macron) untuk tetap berkuasa atau lengser?" tanya pria itu secara retoris.

Nyanyian menolak Macron telah terdengar di seluruh aksi protes, seperti yang mereka lakukan selama demonstrasi pekan lalu di mana sekitar 200 orang terluka dan lebih dari 100 ditangkap. Seorang wanita meninggal setelah ditabrak oleh pengemudi yang panik yang dikelilingi oleh demonstran.

Ketidaknyamanan ini dipicu oleh rencana kenaikan harga bahan bakar dan pajak bahan bakar. Gerakan 'Rompi Kuning', demikian namanya, memprotes tindakan yang akan diberlakukan 1 Januari 2019. Pemerintah mengklaim langkah itu bertujuan untuk mempromosikan praktik ramah lingkungan, tetapi proposal tersebut telah ditanggapi dengan sengit oleh publik.

Kebijakan Presiden Prancis Emmanuel Macron, terutama penanganannya terhadap situasi ekonomi, telah memicu beberapa protes di seluruh Prancis. Pemimpin Prancis menghadapi penurunan peringkat persetujuan di tengah ketidakpuasan sosial dengan reformasinya, seperti keringanan pajak untuk bisnis ditambah dengan pemotongan untuk manfaat pensiunan.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.4622 seconds (0.1#10.140)