Khofifah Ingin Buat Shelter Pekerja Migran di Hong Kong

Selasa, 27 November 2018 - 11:04 WIB
Khofifah Ingin Buat Shelter Pekerja Migran di Hong Kong
Gubernur Jatim terpilih Khofifah Indar Parawansa menggelar diskusi dengan buruh migran Indonesia (BMI) di Hong Kong.Foto/Ist
A A A
HONG KONG - Gubernur Jatim terpilih Khofifah Indar Parawansa bertekad membangun shelter bagi buruh migran Indonesia (BMI) di Hong Kong.

Hal itu tercetus setelah Khofifah bertemu dan dialog dengan para BMI Hong Kong, di bilangan Quarry, Hong Kong, Senin (26/11/2018).

Dalam siaran pers yang diterima Selasa (27/11/2018) dsebutkan, dalam forum itu, Khofifah berdialog gayeng dengan sejumlah tenaga migran yang banyak datang dari Jawa Timur. Terutama wilayah Mataraman, Malang, dan sejumlah BMI dari beberapa wilayah di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, para buruh migran menyampaikan soal keluhannya selama menjadi tenaga migran di Hong Kong. “Memang dibandingkan negara lain, tenaga migran di Hong Kong ini mendapatkan sejumlah fasilitas yang menguntungkan, seperti dapat libur sehari dalam seminggu, otomatis kenaikan gaji 100 dolar Hong Kong pertahun, dan juga ada aturan setiap lima tahun harus dapat bonus yang cukup besar," kata Khofifah.

Namun sayangnya dengan kebijakan itu, dampak negatif yang mereka rasakan adalah banyaknya pemutusan kerja sepihak oleh user. Yang kebanyakan dilakukan pada tenaga migran yang sudah bekerja di atas lima tahun.

Masalahnya, banyak kasus yang terjadi tenaga migran Indonesia diputus kontrak oleh user kerap pada tengah malam. "Tiba-tiba tengah malam diputus kerja, disuruh mengambil semua barang-barangnya saat itu juga. Nah yang semacam ini kan ya kasihan. Saat ini shelter atas nama pemprov Jatim itu belum ada. Maka saya ingin membuat shelter itu di Hong Kong," kata Khofifah.

Kalaupun ada Konsulat Jenderal Republik Indonesia, tidak semua bisa memiliki akses lansung, terutama saat in time terjadi masalah pada migran. Selama ini, para pekerja migran cukup banyak yang meminta bantuan Muslimat NU Hong Kong saat terjadi kasus yang menimpa mereka.

"Maka mereka ingin agar shelter ini bukan hanya mengadvokasi saat ada masalah. Tapi juga komunikasi dengan keluarganya," ucapnya.

Belum lagi masalah-masalah yang dari agen, atau calo. Bahkan diantara tenaga migran yang curhat ke Khofifah pernah tertipu calo dan diberi visa palsu. Yang imbasnya tenaga migran itu tidak boleh pulang dan bekerja dalam satu tahun.

Sehingga menurut Khofifah kebutuhan akan adanya shelter ini cukup urgen untuk bisa direalisasikan di Hong Kong. Tidak sampai di sana, selain bakal membangun shelter pemprov untuk advokasi tenaga migran, Khofifah juga bakal memberikan bekal keterampilan bagi para BMI.

Sebab dari dialog yang dilakukan, beberapa dari mereka mengaku membutuhkan pelatihan skill. Mulai kursus salon, komputer, menjahit, bekam, memijat. Skill itu kerap dibutuhkan untuk antar sesama buruh migran. Selain itu juga akan bermanfaat bagi mereka saat nanti kembali ke Jawa Timur.

"Jadi nanti kita akan ada konselor di shelternya. Dan memberikan bekal skill. Saya tadi sedang tanya-tanya dimana sekitanya wilayah yang cocok untuk didirikan shelter," kata Khofifah.

Saat ditanya aapakah shelter ini akan dibangun di 2019, Khofifah membuka kemungkinan positif. Terutama mengingat kebutuhan shelter yang menurutnya mendesak.

Namun ia mengaku akan memetakan dulu dan berkoordinasi dengan tim navigasi program maupun tim transisi, maupun nanti saat sudah dilantik pada Februari 2019 mendatang.

"Nanti kita juga akan rutin kirimkan mubaligh agar mereka yang di sini juga mendapatkan bekal dan ilmu-ilmu agama," pungkas Khofifah.

Di sisi lain, Fikriyatik, salah satu migran asal Malang mengaku sudah delapan tahun di Hong Kong dan bekerja sebagai asisten rumah tangga. Pihaknya menyebut bahwa dirinya di Hongkong mendapatkan gaji sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per tahun.

Ia mengaku senang jika ada pembangunan shelter di Hong Kong. "Saya kalau libur biasa ke Victoria Park, untuk merias. Kalau bisa ada pelatihan tentu bagus sehingga bisa punya keterampilan saat pulang ke Indonesia," kata buruh migran yang sudah mampu membiayai pendidikan anaknya di Malang hingga perguruan
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0436 seconds (0.1#10.140)