Saat Sri Mulyani, Nikmati Paket Lengkap BPJS Ketenagakerjaan

Sabtu, 08 Desember 2018 - 08:33 WIB
Saat Sri Mulyani, Nikmati Paket Lengkap BPJS Ketenagakerjaan
Warga penerima KPM PKH menunjukkan kartu kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan, dan kupon paket sembako murah, di halaman kantor Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
"Ini kartu BPJS Ketenagakerjaan saya. Saya ikut tiga manfaat sekaligus. Maklum saya kan tukang batu. Jadi ya harus paket komplit," celetuk Sri Mulyani.

Sri, demikian wanita itu akrab disapa, merupakan salah satu warga peserta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH).

Dia dengan penuh kegembiraan, ikut dalam antrian pasar sembako murah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Ketenagakerjaan Cabang Surabaya Rungkut, di halaman kantor Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Kamis (6/12/2018).

Sembako murah bagi para penerima KPM PKH, digelar Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, bersama BPJS Ketenagakerjaan dalam rangka menyambut Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2018.

Sebanyak 400 penerima KPM PKH, yang sebagian besar berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di Kota Surabaya, berduyun-duyun datang ke kantor Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dengan raut wajah ceria penuh semangat.

Bukan saja untuk membeli sembako murah, namun mereka juga mendapatkan pelajaran berharga. Kedatangan para ibu rumah tangga dan pekerja sektor informal inipun, mendapat sambutan hangat dari relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Surabaya.

Setelah mengisi daftar hadir, para penerima program Kementrian Sosial (Kemensos) ini berkumpul di bawah tenda ala pengungsian yang sudah disipkan oleh Tagana.

Di sana mereka begitu serius mendengarkan keseruan cerita para relawan, yang telah melalang buana menjalankan misi kemanusiaan, seperti bencana gempa lombok, palu dan lainnya.

Relawan Tagana, salah satu andalan Kemensos juga berbagai tips bagaimana cara menghadapi bencana yang tidak bisa diprediksi datangnya. Bencana gempa, banjir dan kebakaran menjadi topik utama yang disampaikan. Apalagi hidup di Kota Surabaya, yang padat penduduk, kebakaran kapan saja terjadi dengan segala penyebabnya.

Kompor gas elpiji misalnya, adalah satu penyebab kebakaran yang paling dekat dengan ibu-ibu rumah tangga. "Jadi jangan panik bu, santai saja biar bisa berpikir," kata salah satu relawan tagana serambi memutar video proses penanganan kebakaran

Jika kompor elpiji terbakar, tagana ini menyarankan supaya cepat dan tanggap mengambil kain. "Kainya dibasahi air dulu ya buk. Lalu tutupkan ke kompor atau elpiji yang terbakar," pesannya

Namun kalau masalah lingkungan seperti banjir, Tagana menilai Kota Surabaya, sudah aman. Pasalnya pemkot sudah membuat gorong-gorong, ditambah lagi adanya kader lingkungan disetiap kampung.

"Ibu-ibu sudah pasti taulah bagaimana mengantisipasi supaya tidak banjir. Kan panjenengan juga sebagian besar kader lingkungan," ujarnya.

"Terus bagaimana jika tiba-tiba ada gempa? ibu-ibu jangan panik ya. Carilah perlindungan terdekat, bisa di bawah kursi, meja atau tempat tidur. Tapi usahakan keluar dari rumah," imbuh Tagana.

Cuaca Kota Surabaya yang semakin panas, tak membuat ratusan keluarga harapan ini beranjak dari tempat duduk. Mereka masih menunggu para pengampu kebijakan dari BPJS Ketenagakerjaan Cabang Surabaya Rungkut, dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

"Selamat siang ibu-ibu, eh...ada sedikit bapak juga ternyata. Kalau gak ada bapak pasti saya yang paling ganteng di sini. Terimakasih ya sudah mau datang kesini," sapa Oki Widya Gandha, Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Surabaya Rungkut, mengawali sambutan.

Gaya berbicara Oki yang penuh humor ini mampu memecah penatnya cuaca di bawah tenda Kemensos. Sebelumnya mereka dengan semangat, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan disusul mars kader PKH. "Ibu dan bapak ada yang tahu nggak apa itu BPJS?," tanya Oki

Oki menjelaskan, bahwa BPJS itu ada dua jenis yakni BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan. "Kalau BPJS Kesehatan ibu-ibu pasti tahu. Kalu sakit kan semua dilindungi BPJS Kesehatan untuk berobat di Rumah Sakit. Tapi kalau yang lain seperti resiko kecelakaan kerja, meninggal dunia itu dilindungi BPJS Ketenagakerjaan," terangnya.

Secara runtut Oki memaparkan manfaat dan konsekuensi jika belum tergabung dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. Ia mengibaratkan bahwa mejadi peserta di BPJS Ketenagakerjaan ini, layaknya menabung di bank.

Ketika menabung di BPJS Ketenagakerjaan, para peserta tidak dikenakan biaya administrasi dan uang bisa kembali sepenuhnya.

"Bapak dan Ibu tak perlu kawatir, uang yang anda setor setiap bulan itu aman, bahkan bertambah. Jika sewaktu-waktu bapak ibu ada apa-apa saat bekerja, tidak perlu minta sumbangan pada orang lain," papar dia.

Tujuan utama dari BPJS Ketenakerjaan, lanjut Oki, adalah untuk memberikan jaminan dan perlindungan sosial bagi pekerja di seluruh Indonesia.

Berbagai program sudah disipkan oleh BPJS Ketenagakerjaan, untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Apapun pekerjaan anda, mau tukang becak, pembantu rumah tangga, pegawai negeri, karyawan swasta, atlit, buruh migran bahkan polisi dan TNI, semua memiliki derajat yang sama disini," tegas Oki.

Seraya menunjuk layar video, Oki memperlihatkan sosok Serka Siswadi, anggota Marinir TNI AL bertangan bionic. Pelatih siswa bintara dan tamtama di Pusat Latihan Pendidikan Marinir Juanda-Sidoarjo ini kehilangan kedua tangannya setelah mengalami kecelakaan ledakan granat saat latihan tempur pada September 2014 di Malang. Meski harus berhati-hati saat menggunakannya, namun kini Siswadi bisa beraktifitas dengan kedua tangannya.

"BPJS Ketenagakerjaan meng-cover biaya pembuatan tangan robot di RSAL dr Ramelan. Karena dia masuk anggota BPJS Ketenagakerjaan," ujarnya

Selain tangan robot yang menghabiskan biaya ratusan juta itu, Oki menceritakan kisah Agus Sumanto, salah satu pekerja migran Indonesia, asal Ngawi, yang meninggal dunia saat bekerja di Malaysia.

Agus Sumanto baru dua minggu kerja di Johor, Malaysia, sebagai buruh bangunan. Namun, pada tanggal 21 Agustus 2018, meninggal dunia.

Almarhum Agus mendapatkan klaim santunan Jaminan Kematian (JKM) sebesar Rp85 juta, serta beasiswa untuk anak semata wayangnya yaitu Vicky Gusti Setiawan sebesar Rp500 ribu per tahun dari BPJS Ketenagakerjaan.

Sebelum berangkat ke Malaysia, Agus sudah mendaftarkan diri sebagai peserta jaminan sosial ketenagakerjaan, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan JKM.

"Walaupun baru dua bulan sejak bergabung menjadi pekerja migran Indonesia, di Malaysia, kita memberikan jaminan dalam hal kematian. Itu komitmen kami sebagai lembaga yang diamanahi negara," tegas Oki.

Tidak berhenti disitu, orang nomor satu di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Rungkut ini, terus memotivasi ratusan warga. Dia meyakinkan kalau biaya kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan tidaklah mahal.

"Sederhananya gini, untuk bapak-bapak yang suka rokok. Dalam sehari berapa rupiah uang dihabiskan untuk membeli rokok. Hanya cukup Rp16.800 saja kita sudah dapat dua perlindungan yaitu jaminan kecelakaan dan jaminan kematian," tutur dia.

Waktu telur bergulir, satu persatu sambutan pun berlalu. Namun senyum ramah dan celoteh ibu-ibu serasa reunian terus mewarnai momen Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2018.

Momen menjadi spesial, karena adanya sinergi saling menguntungkan antara Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, dan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Rungkut Surabaya.

Pebagian sembako murah berjalan tertib tanpa ada yang saling berebut. Satu-persatu pemegang kartu PKH nampak bersabar menunggu giliran menggesek kartu mereka, untuk mendapatkan kupon sembako. "Ibu, ini yang Rp75 ribu untuk sembako ya. Sedangkan yang Rp16.800 untuk kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan," terang pendamping PKH dengan ramah.

Kepada Sindonews, Oki menjelaskan sembako murah ini adalah satu cara untuk memperkenalkan BPJS Ketenagakerjaan pada masyarakat.

Menurutnya, pemahaman dan kesadaran akan kebutuhan perlindungan melalui BPJS Ketenagakerjaan harus terus disampaikan kepada masyarakat, termasuk keluarga penerima manfaat ini.

Ia berharap, PKH secara sadar ingin menjadi kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. "Bahkan bisa mengajak teman-teman lain dilingkungannya," jelasnya.

Kesadaran yang harus terus menerus dibangun, kata dia adalah program Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU), karena BPU bukan program wajib. Padahal setiap warga negara punya hak untuk dilindungi jaminan sosial dengan premi murah.

"Itu sama kok derajatnya dengan yang di Penerima Upah (PU). Kecelakaan, cacat seperti Serka Siswadi, sampai bantuan dari rumah sakit hingga alat bantu yang kemarin kita ketemu," tandasnya.

Oki menambahkan, di usia yang ke-41 ini BPJS Ketenagakerjaan Cabang Rungkut Surabaya, memang getol memberikan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya tergabung dalam BPJS Ketenagakerjaan. Apalagi saat ini banyak karyawan diperusahaan memilih keluar dan bekerja sendiri, seperti membuka warung dan usaha online yang tidak perlu perusahaan.

BPJS Ketenagakerjaan melakukan door to door ke lapak pedagang-pedagang kecil, ruko-ruko hingga pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).

"Mereka perlu perlindungan, punya hak jaminan sosial. Mungkin banyak tidak tahu caranya, banyak yang belum peduli karena masih merasa beban. Itulah tantangan kita untuk memberikan keyakinan pada mereka", tuturnya

Hingga saat ini sebanyak 3.090 perusahaan sudah menjadi peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan Cabang Surabaya Rungkut. Tenaga Kerja Penerima Upah (TK PU) sebanyak 126.332 peserta, dan Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) 6.219 peserta.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Sukesi menyambut baik adanya perhatian BPJS Ketenagakerjaan pada KPM PKH. Dengan harapan, para pemegang kartu dari Kemensos ini terjamin keselamatannya selama bekerja.

"Ini program yang bagus sekali ya. Berarti kita kan juga memperhatikan, memberikan perlindungan kepada KPM," tandas dia

Sementara itu, perkembangan positif jumlah pelaku Usaha sektor Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Timur yang terus meningkat, hingga mencapai 12 juta lebih menjadi bidikan BPJS Ketenagakerjaan Jawa Timur. Program jaminan sosial ini, menggaet para pelaku UMKM itu untuk menjadi peserta BJS Ketenagakerjaan.

BPJS Keternagakerjaan Jawa Timur mencatat, hingga saat ini baru sekitar 10 persen dari total usaha kecil di Jawa timur, yang sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Deputi Direktur BPJS Ketenagakerjaan Wilayah Jawa Timur, Dodo Suharto mengatakan pada tahun 2019 BPJS Ketenagakerjaan Jawa Timur, akan mulai menjalin kerjasama dengan Dinas Usaha Kecil Menengah Jawa Timur. "Ini untuk menjaring UMKM agar mau menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan," katanya.

Menurut Dodo, bidang usaha sektor non formal ini memiliki potensi besar, mengingat saat ini ada 12 juta lebih tenaga kerja pada UMKM yang belum terlindungi BPJS Ketenagakerjaan.

"Paling besar potensinya memang di perusahaan kecil itu. Di sana ada potensi 12,5 juta tenaga kerja yang belum terlindungi," papar dia.

Saat ini ada sekitar 2 jutaan perusahaan di Jawa Timur, baik perusahaan besar, sedang, dan kecil. Namun baru 68.448 perusahaan yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Ia menjelaskan, dari total perusahaan yang sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, 90 persennya adalah perusahaan sedang atau besar di Jatim. "Jumlah tersebut meningkat sekitar 18 persen dibanding tahun 2017," ucapnya.

Sedangkan untuk jumlah tenaga kerja yang sudah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan Jatim pada 2018, tercatat 3.081.796 tenaga kerja. Jumlah tersebut meningkat sekitar 20 persen dibanding tahun sebelumnya.

Hingga september 2018, Disnakertrans Jawa Timur mencatat, sebanyak 88 Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PPTKI) telah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan, dengan jumlah pekerja migran Indonesia aktif sebanyak 64.416. Sedangkan secara nasional tercatat 450.000 pekerja migran yang sudah terdaftar.

Sebagai catatan, BPJS Ketenagakerjaan memberikan manfaat kepada Pekerja Migran Indonesia berupa tiga program yaitu JKK, JKM)yang bersifat wajib, serta Jaminan Hari Tua (JHT) yang bersifat sukarela.

Program ini terdiri dari tiga tahapan perlindungan, yaitu pra penempatan selama 5 bulan, saat penempatan 25 bulan dan usai penempatan selama 1 bulan.

Sedangkan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan kepatutan perusahaan terhadap jaminan sosial ketenagakerjaan, Disnakertrans Provinsi Jatim bersama BPJS Ketenagakerjaan sudah membentuk tim pengawas. Tim tersebut bertugas memonitoring perusahaan-perusahaan peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Untuk Jawa Timur, jumlah tenaga pengawas ketenagakerjaan dari Disnakertrans Jawa Timur, mencapai sebanyak 180 tenaga pengawas. Sementara dunia usaha yang harus diawasi sekitar 2 juta, baik perusahaan besar, sedang, hingga kecil.

Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Timur, Himawan Estu Bagijo menambahkan, monitoring dan evaluasi pengawasan harus terus dilakukan. Evaluasi itu untuk merumuskan kendala yang dihadapi di lapangan dan kemajuan yang diperoleh.

"Karena saya kira setiap pengawas, setiap perusahaan itu tidak sama yang dihadapi. Bisa saling bertukar kelebihan dan kekurangan masing-masing," kata dia.

Himawan juga mengusulkan, untuk meningkatkan kinerja dan sebagai apresiasi, supaya pengawas ketenagakerjaan dari Disnakertrans Jawa Timur, yang berhasil meningkatkan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan bisa mendapat kredit poin.

"Kredit poin tersebut nantinya bisa dijadikan sebagai pertimbangan untuk tenaga pengawas tersebut naik jabatan, dan lain sebagainya," pungkasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9603 seconds (0.1#10.140)