Kejam! PRT Lansia Asal Kediri Ini Setiap Hari Disiksa Majikan

Sabtu, 08 Desember 2018 - 16:36 WIB
Kejam! PRT Lansia Asal Kediri Ini Setiap Hari Disiksa Majikan
Dasar Wigati (50), saat mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Lubuklinggau, guna melaporkan penyiksaan yang diduga dilakukan oleh majikannya. Foto: Era Neizma Wedya/MNC Media
A A A
LUBUK LINGGAU - Penganiayaan dan penyiksaan oleh majikan masih saja dirasakan oleh pembantu rumah tangga (PRT). Kali ini, seorang PRT yang sudah berusia lanjut mengaku hampir setiap hari dipukuli majikan.

Dasar Wigati (50), perempuan warga Kelurahan Pakunden, Kecamatan Pesantren Kota Kediri,Kediri, bekerja sebagai pembantu rumah tangga, babak belur dipukul majikannya.

Wigati pun tak tahan lagi dan melaporkannya ke polisi. Dengan kondisi wajah lebam dan kepala gundul, ia mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Lubuklinggau, guna melaporkan penyiksaan yang diduga dilakukan oleh majikannya DS (54), warga Jalan Cereme, Gang Selamet, Kelurahan Cereme Taba, Kecamatan Lubuk Linggau Timur I.

Di hadapan polisi, Wagati mengaku setiap hari selalu dipukul oleh majikannya, mulai dari bagian kepala, punggung, muka, mata, dan telinga, hingga mengalami pembekakan. "Saya selalu dipukuli, bahkan pemukulan tidak hanya dengan tangan kosong tapi terkadang memakai kayu, sapu," katanya di hadapan polisi, Sabtu (8/12/2018).

Penganiayaan yang ia alami disebabkan pekerjaan rumah, seperti mencuci, menyapu, dan mengepel rumah, yang dianggap tidak bersih oleh sang majikan. Tragisnya korban disuruh oleh majikannya memotong rambut sendiri hingga botak, dengan alasan untuk membuang sial.

“Saya tidak bisa melawan karena dia itu majikan saya. Untuk minta tolong juga tidak bisa karena kondisi rumah kontrakan tepat di samping rumah kosong, jadi sakit dipukul hanya bisa ditahan sendiri,” ucapnya.

Terungkapnya perbuatan majikannya itu saat dua hari sebelum melapor ke pihak kepolisian, pada saat disuruh majikannya membeli pulsa, ada tetangga yang melihat kondisinya dan menyarankan untuk melaporkan penyiksaan yang dialaminya tersebut. "Awalnya saya tidak berani melapor karena takut dan tidak punya uang,” katanya.

Menurut pengakuan Wigati, awal mula pertemuan dengan majikannya pada awal September 2018 lalu di Pamenang, Jawa Timur, tepatnya di makam Sri Aji Joyoboyo, Pamenang. Kala itu ia ditawarkan pekerjaan oleh majikannya untuk berjualan buah dan bunga di Bali.

Namun, bukannya tiba di Bali, Wigati baru sadar ia dibawa ke Kota Lubuk Linggau untuk dijadikan pembantu. Selama pembantu itu pula ia sering mendapat penyiksaan. Hingga terakhir Jumat (7/12/2018) kemarin ia kembali mendapat penyiksaan dari majikannya.

Akhirnya, karena tidak tahan lagi Wigati pun menemui tetangga yang menyarankannya untuk melapor ke Polres Lubuk Linggau.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7557 seconds (0.1#10.140)