Komoditas Apel Kota Batu, Jadi Fokus Pengembangan Kementan

Senin, 10 Desember 2018 - 11:55 WIB
Komoditas Apel Kota Batu, Jadi Fokus Pengembangan Kementan
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi saat berkunjung ke Kota Batu, Minggu (9/12/2018). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Komoditas apel di Kota Batu, menjadi fokus pengembangan Kementrian Pertanian (Kementan). Pengembangan ini guna mendorong Kota Batu sebagai tempat wisata apel.

Melalui pengembangan tersebut, diharapkan petani apel terus mendapatkan nilai tambah dan keuntungan. Dalam rangka itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi berkunjung ke Kota Batu, Minggu (9/12/2018).

Suwandi mengungkapkan, apel Kota Batu, menjadi sentra andalan nasional dan daya tarik wisata. "Wisatawan disuguhi wisata petik dan makan apel, membawa oleh-oleh apel segar maupun olahan keripik, juice, sari buah dan lainnya," ujarnya dalam siaran pers.

Suwandi menyebutkan secara nasional kawasan sentra utama apel terdapat Kota Batu, dan Kabupaten Pasuruan. Kini sudah berkembang di Bantaeng, Kendal, dan Lombok Timur.

Varietas yang berkembang yaitu Manalagi, Anna, dan Rome Beauty, yang masing-masing punya cita rasa berbeda, bentuk, ukuran dan tekstur khas. "Konsumen biasa menyebut apel hijau untuk Manalagi, dan apel semburat merah untuk jenis apel Anna," sebut dia.

Menurut Suwandi, apel Rome Beauty bisa panen 30-40 kg per pohon dengan bentuk agak bulat, warna kulit buah hijau kemerahan, daging buah keras namun bertekstur halus, dan aroma buah yang kuat.

Sementara apel Anna agak unik, rasa sedikit lebih asam. Namun, jika dibiarkan 3-4 hari setelah dipetik, terasa manis dan beraroma tajam. Ciri bentuk buah memanjang, kulit buah tipis dengan warna kuning dan semburatan warna merah, daging buah padat cenderung masir, dan kandungan air dalam buah cukup tinggi.

Pengelola Gapoktan Mitra Arjuna Luki Budiarti mengatakan, biaya produksi apel sekitar Rp5.000 per kg dan harga jual normal Rp8.000 sampai Rp12.000 per kg, sehingga petani menikmati margin yang lumayan.

Luki mengakui pada bulan Desember-Januari harga biasanya turun akibat panen raya buah mangga dan lainnya yang menyebabkan permintaan apel turun.

Terkait dengan itu, pihaknya melakukan perbaikan mutu mulai dari benih unggul, pascapanen, penyimpanan dan distribusi sehingga awet tidak mudah rusak sampai ke tujuan.

"Untuk produk apel grade bawah diolah menjadi keripik, sari buah, jenang dan dodol sehingga tumbuh juga industri olahan," jelasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6353 seconds (0.1#10.140)