Tikam Ibu Kandung hingga Tewas, Bocah di China Bebas dari Jerat Hukum

Jum'at, 14 Desember 2018 - 14:10 WIB
Tikam Ibu Kandung hingga Tewas, Bocah di China Bebas dari Jerat Hukum
Bocah 12 tahun di China yang menikam ibunya hingga tewas dibebaskan tanpa dikenai tuduhan. Foto/South China Morning Post
A A A
BEIJING - Chen Xin (34) ditikam anaknya Wu Jiakang (12), asal Yuanjiang, kota Sihushan, Provinsi Hunan hingga tewas, dibebaskan dari jerat hukum.

Kasus ini memicu perdebatan publik tentang bagaimana menangani anak-anak yang melakukan kejahatan serius.

Bocah bernama Wu Jiakang, asal Yuanjiang, kota Sihushan, Provinsi Hunan, menikam ibunya, Chen Xin pada 2 Desember lalu. Mengutip The Beijing News, Kamis (13/12/2018), ibu dan anak itu berkelahi di rumah mereka. Pemicunya adalah Wu dipergoki ibunya sedang merokok.

Chen meninggal akibat sejumlah luka tusukan setelah diserang oleh anak laki-lakinya tersebut.

Menurut laporan polisi, korban marah dan memukul anaknya dengan sabuk kulit karena merokok. Wu membalas serangan yang berujung pada kematian ibunya.

Setelah membunuh sang ibu, bocah itu tidak melaporkan tindakannya kepada siapa pun. Dia justru menggunakan ponsel ibunya untuk mengirim pesan ke sekolah yang mengatakan bahwa dia sedang masuk angin dan tidak akan masuk sekolah hingga hari berikutnya.

Wu juga mengganti pakaian yang berlumuran darah dan mengunci pintu kamar tidur ibunya.
Tubuh korban ditemukan ketika kakek Wu berkunjung pada 3 Desember. Kakek itulah yang kemudian melapor ke polisi.

Ketika polisi tiba, Wu terlihat tidak terganggu oleh apa yang terjadi dan pada awalnya mengklaim ibunya bunuh diri.

Namun, ketika ditahan polisi dia mengaku telah membunuh ibunya sebagai aksi balas dendam atas pemukulan yang telah diterimanya. Tubuh Chen ditemukan dengan lebih dari 20 luka tusukan.

Setelah tiga hari di tahanan polisi, Wu dibebaskan tanpa tuduhan. Berdasarkan hukum China, anak-anak di bawah usia 13 tahun tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana.

Kasus ini memicu perdebatan baru tentang penanganan kasus-kasus semacam itu, dengan banyak orang di komunitas lokal menyuarakan kekhawatiran mereka.

"Kami semua mengatakan bahwa dia lolos tanpa hukuman, dan kami takut dia akan melakukan hal seperti itu lagi ketika dia kembali ke sekolah," kata seorang warga setempat yang berbicara dalam kondisi anonim.

Keluarga Wu ingin bocah itu kembali ke sekolah, tetapi belum diizinkan. Bocah tersebut saat ini tinggal di rumah dengan ayahnya, yang selama ini bekerja di Zhuhai, provinsi Guangdong. Sang ayah kembali ke Sihushan setelah mendengar apa yang terjadi.

"Dia masih sangat muda. Bagaimana kita bisa menghukumnya?" kata salah satu saudara bocah tersebut."(Jadi) pria macam apa dia nanti kalau dia tidak pergi ke sekolah?"

Profesor Pi Yijun, seorang ahli tentang kenakalan remaja di Universitas Ilmu Politik dan Hukum China di Beijing, mengatakan proses untuk menangani pelanggar serius yang berusia di bawah 14 tahun telah lama menjadi "wilayah abu-abu".

Berdasarkan undang-undang China, anak-anak berusia 14 hingga 16 tahun yang dinyatakan bersalah melakukan kejahatan berat dapat dikirim ke penjara anak-anak nakal. Sedangkan mereka yang berusia 13 hingga 17 tahun dan dituduh dengan pelanggaran kecil dikirim ke sekolah remaja nakal di mana mereka dikurung selama seminggu tetapi diizinkan untuk kembali ke rumah pada akhir pekan.

"Menurut saya, dalam kasus ini, orang tua lain memiliki alasan yang bagus untuk takut," kata Pi. "Tidak pantas mengirim seseorang yang berbahaya seperti dia (Wu) ke sekolah. Kita tidak bisa menghapus kesalahan yang disengaja seperti itu demi melindungi hak anak," ujarnya.

"Manajemen remaja seperti Wu adalah kekacauan besar," katanya. "Harus ada tempat yang khusus dirancang untuk mereka."
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5359 seconds (0.1#10.140)