Ketika Perempuan Seroja Bersikap Atas Terminologi Jawa

Sabtu, 15 Desember 2018 - 17:41 WIB
Ketika Perempuan Seroja Bersikap Atas Terminologi Jawa
Pengunjung mengamati karya lukis di Galery Kultur Space Jalan Trunojoyo, Kota Surabaya, Sabtu (15/12/2018). Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Deretan karya seni lukis terpajang apik didinding Galery Kultur Space Jalan Trunojoyo, Kota Surabaya. Setiap bingkai goresannya menyiratkan makna yang berbeda.

Goresan-goresan yang penuh makna di setiap bingkai lukisan itu, tetap memiliki sentuhan yang sama yakni "Puan Menyala".

"Puan Menyala" atau perempuan berkarya, merupakan tema yang diusung oleh 13 perempuan perupa dari rumah besar Seroja. Mereka terdiri dari alumni dan mahasiswi STKW Surabaya.

Kiprah mereka ini, merupakan salah satu cara untuk melawan stigma bahwa perempuan bisanya hanya Masak, Macak dan Manak (3M).

"Ada kok yang bisa dilakukan perempuan. Ya seperti ini salah satunya. Dengan menunjukkan karya-karya inilah bukti bahwa perempuan bisa dan gak kalah," kata Rafika Anggraeni, kurator pameran Puan Menyala.

Ketika Perempuan Seroja Bersikap Atas Terminologi Jawa


Rafika menjelaskan, 22 karya terdiri seni lukis dan instalasi ini menunjukkan identitas perempuan sesuai karakter masing-masing perupa.

"Bagaimana perempuan memandang peremuan lain dalam sosio kultural yang berbeda", papar dia.

Perupa cantik ini menegaskan, lewat Puan Menyala, Seroja berusaha menyampaikan pesan dalam bentuk karya seni yang tidak hanya berteriak sebatas 'aku perempuan' saja. Tetapi juga menyentil masyarakat bahwa perempuan lebih dari sekedar kecantikan belaka.

Menjadikan tiap-tiap cerita berbeda yang dihasilkan oleh anggotanya sebagai pelajaran dalam kehidupan. "Pelajaran dalam kehidupan yang bersifat personal inilah yang akhirnya ingin disampaikan kepada audience, bahwa keunikan merupakan hal yang perlu dalam tiap diri manusia," tegas alumni STKW ini.

Ketika Perempuan Seroja Bersikap Atas Terminologi Jawa


Erika Tamara, salah satu perupa memamerkan lukisan kemolekan perempuan. Namun dia hanya fokus pada pesona helai rambutnya sebagai identitas seseorang.

"Orang kan bisa dikenali lewat rambutnya," kata Erika. Dalam lukisannya, Ia tidak menampakkan wajah perempuan tersebut. "Karena saya ingin memperlihatkan bahwa sifat orang yang tahu hanya orang itu sendiri," ucapnya.

Selain lukisan nud, Erika juga memajang instalasi yang cukup menyita perhatian. Sejumlah bra ia rangkai menjadi karya instalasi seoalah-olah berbentuk vagina dalam bingkai.

Cerita keseharian sekelompok perempuan juga menjadi inspirasi Fakhita Madury. Perupa ini mengaku mencintai keunikan tubuh manusia, terutama tubuhnya sendiri. "Yang pasti aku suka kalau lihat tubuh sendiri gitu," ujarnya.

Pameran yang menampilkan karya Seni Rupa perempuan anggota SEROJA ini dihelat dari tanggal 15-21 Desember 2018.

Selain berpameran, mereka juga menggelar workshop lukis tote bag untuk siswa SMP dan SMA, workshop accoriese bahan dasar clay untuk guru Taman Kanak-kanak.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.4741 seconds (0.1#10.140)