Sepanjang 2016-2018, Sebanyak 1.422 Desa di Jatim Dilanda Banjir

Minggu, 16 Desember 2018 - 20:26 WIB
Sepanjang 2016-2018, Sebanyak 1.422 Desa di Jatim Dilanda Banjir
Sepanjang 2016-2018, Sebanyak 1.422 Desa di Jatim Dilanda Banjir
A A A
SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, selama 2016 hingga 2018 terjadi bencana banjir di 1.422 desa/kelurahan. Dalam kurun waktu tersebut juga terjadi bencana tanah longsor di 844 desa/kelurahan dan angin puting beliung di 842 desa/kelurahan.

Menurut Kepala BPS Jatim Teguh Pramono, bencana alam tersebut menimbulkan kerusakan tempat tinggal, fasilitas umum, bahkan menimbulkan korban jiwa. Untuk itu perlu dilakukan kesiapsiagaan antisipasi bencana alam di wilayah desa/kelurahan. Jenis mitigasi bencana alam yang harus ada di desa/kelurahan yaitu sistem peringatan dini bencana alam, penyediaan jalur evakuasi baru. “Kemudian penyediaan perlengkapan keselamatan, dan upaya penyediaan peringatan dini tsunami,” ujarnya Minggu (16/12/2018).

Sementara itu, data Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sumber Daya Air (SDA) Jatim menyebutkan, terdapat sejumlah sungai di Jatim yang rawan meluap. Diantaranya, Kali Welang Pasuruan, Sungai Sadar Brangkal Mojokerto, Kali Tanggul Lumajang, Sungai Pekalen Probolinggo, Sungai Gangga Banyuwangi, Sungai Bluncong Bondowoso, Sungai Ketapang Sidoarjo, Sungai Buntung Sidoarjo dan Kali Kemuning Sampang.

Kadis PU SDA Jatim, Abduh M Mattalitti mengatakan, pengendalian banjir bukanlah menghilangkan banjir sama sekali. Tetapi lebih mengurangi luasan, lamanya dan tingginya genangan air saat banjir. Ada beberapa sungai di Jatim berpotensi meluap dan banjir saat puncak musim penghujan mendatang. “Kondisi itu terjadi karena volume air yang ditampung di beberapa sungai tersebut sangat besar, sehingga air meluap,” ujarnya.

Pihaknya telah mempersiapkan langkah antisipasi untuk menghadapi musim hujan yang bisa menyebabkan banjir. Dia memprediksi, puncak musim hujan akan terjadi pada pertengahan Januari 2019. Pihaknya juga sudah membentuk posko dan mempersiapkan alat berat yang standby selama 24 jam di lapangan. “Saya minta masyarakat agar tidak menjadikan sungai menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Agar aliran air sungai lancar,” tandasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.3314 seconds (0.1#10.140)