Dari Rumah Guru Itu, Para Pemuda Menggagas Arah Bangsa

Selasa, 08 Januari 2019 - 08:42 WIB
Dari Rumah Guru Itu, Para Pemuda Menggagas Arah Bangsa
Sejumlah pemuda menggelar diskusi di rumah Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di Jalan Peneleh 7 Nomor 29-31 Kota Surabaya. Foto/SINDOnews/Lukman Hakim
A A A
"Yang bisa dipetik dari rumah HOS Tjokroaminoto ialah spirit kebangsaannya," cendekiawan muda Dimas Oky Nugroho bertutur di tengah belasan pemuda.

Malam itu, belasan pemuda di Kota Surabaya, berkumpul, duduk dengan khusus, dan menggelar diskusi di rumah tua yang ada di Jalan Peneleh 7 Nomor 29-31, Kota Surabaya.

Meski usianya telah senja, namun itu bukan rumah sembarangan. Disinilah guru para pendiri bangsa itu pernah tinggal, yakni Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.

Di rumah ini pula, Soekarno, Semaoen, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Alimin, dan Musso pernah tinggal bersama-sama, ngenger menjadi anak idiologi, dan belajar tentang ideologi dari sang guru.

HOS Tjokroaminoto menjadi mentor bagi mereka. Hingga pada akhirnya, Soekarno menjadi nasionalis, Semaoen, Musso dan Alimin menempuh jalan idiologi komunis, sedangkan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo memilih fundamentalis Islam.

Dari Rumah Guru Itu, Para Pemuda Menggagas Arah Bangsa


Dimas saat berbincang dengan sindonews.com pada Minggu (6/1/2019) malam mengungkapkan, di rumah HOS Tjokroaminoto ini, tumbuh imajinasi tentang satu bangsa di diri Soekarno muda dan rekan sebayanya.

Sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Bangsa yang lepas dari penjajahan dan penindasan kemanusiaan. Bangsa, yang mampu menentukan nasibnya sendiri.

"Di masa Tjokroaminoto itu, anak-anak mudanya kan plural dan beragam. Tidak hanya Soekarno, di sana juga ada Muso dan beberapa kawan lainnya," kata pria bergelar doktor ini.

Rumah itu memang sederhana. Tetapi, di dalam rumah itu telah terjadi banyak benturan pemikiran, dan idiologi, yang tujuannya mencapai kemerdekaan untuk rakyat Indonesia.

Mereka berbeda-beda pemikiran. Mereka tidak seragam. Mereka juga tidak pernah berasal dari satu suku saja. Tetapi, mereka punya semangat yang sama untuk bangsa ini.

Dari Rumah Guru Itu, Para Pemuda Menggagas Arah Bangsa


Semangat itu, sepertinya juga mengalir didiskusi yang digelar malam itu. Para pemuda dari berbegai elemen dan Komunitas Pemuda Surabaya, begitu khusuk menuangkan pemikiran-pemikirannya untuk bangsa ini.

Tema yang diangkat dalam diskusi ini adalah 'Resolusi Pemuda di Tahun Politik'. "Relevansinya sekarang ialah perlunya mentor-mentor seperti Tjokro. Perlu adanya intermediary (perantara) para pemudanya. Sekarang yang terjadi krisis keteladanan," tandas Dimas.

Menurutnya, pelajar, santri, mahasiswa, aktivis, profesional, wirausahawan muda, bahkan politisi muda adalah masa kini, dan masa depan kepemimpinan bangsa. Semua harus bersiap dan mempersiapkan transformasi kebangsaan.

"Untuk itu, sebagaimana negara-negara besar lain, sejak dini negara dan masyarakat sipil, juga partai politik, bertanggung jawab melibatkan dan mendidik anak-anak muda. Baik dalam hal kapasitas dan integritas, termasuk pendidikan politik yang baik," tutur Dimas.

Dari Rumah Guru Itu, Para Pemuda Menggagas Arah Bangsa


Dimas meminta anak-anak muda untuk tidak termakan oleh berita-berita menyesatkan. Dia mendorong berpikir kritis namun tetap harus objektif dan produktif.

"Hari-hari ini, sejarah mengajarkan kita, hanya bangsa yang berkapasitas, berkinerja dan produktif secara sosial ekonomi dalam membangun diri dan masyarakatnya secara positif yang akan bertahan dari tajamnya kontestasi global," tambah Dimas.

Bersikap objektif, adil dan jujur juga menjadi perhatian novelis dr. Intan Andaru, yang juga hadir dalam diskusi ini.

Intan yang telah memproduksi empat novel itu menulis tentang isu-isu berlatar sejarah dan drama kemanusiaan yang terjadi di Indonesia. Kemudian bagaimana masyarakat mampu menghadapi persoalan tersebut.

"Pengembangan sastra sebaiknya memang harus menjadi rujukan utama penguatan literasi anak-anak muda. Sehingga mereka lebih sensitif dan dinamis dalam menjalani proses kehidupan dan proses produksi kreatif yang dilakukan," tutur dokter muda alumni Universitas Airlangga (Unair) berusia 28 tahun ini.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.5470 seconds (0.1#10.140)