Indonesia Ingin Jadi Terdepan Bisnis Produk Halal

Minggu, 27 Januari 2019 - 11:05 WIB
Indonesia Ingin Jadi Terdepan Bisnis Produk Halal
Jaminan produk halal. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Umat muslim di seluruh dunia memilih mengutamakan produk berlabel halal sehingga kini menjadi tren di dunia. Hal itu telah menjadi peluang bisnis pasar global.

"Gaya hidup halal sekarang sudah menjadi tren global dan memiliki peluang bisnis di tingkat internasional. Bukan hanya di Indonesia tapi juga sudah merambah ke pasar global," ujar Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Sapta Nirwandar, di acara Pesta Wirausaha 2019 di Ancol, Jakarta.

Dalam siaran pers yang diterima Minggu (27/1/2019) dikatakannya, produk halal yang menjadi incaran bukan melulu soal pangan. Juga produk lainnya seperti keuangan, pariwisata, fashion, kosmetik, pendidikan, pelayanan medis, hingga kesenian dan budaya. Menariknya produk halal ini justru kebanyakan ditawarkan oleh negara non muslim seperti Singapura dan Thailand.

Di Singapura misalnya, terdapat halal food court dan di Korea Selatan terdapat sekitar 150 restoran bersertifikasi halal. Dan Thailand memiliki jaringan Pattaya Halal Restaurant.

"Melihat besarnya peluang bisnis halal, kita harus terus berupaya untuk menjadi leader bisnis halal terutama di ASEAN. Di pariwisata, kita punya 1.000 destinasi wisata. Bagaimana ini dikembangkan dan dikolaborasikan dengan produk-produk domestik halal kita," kata dia.

Untuk menjadi pemegang pasar halal di ASEAN ataupun global memang tidak mudah. Perlu peran besar dari pemerintah untuk menciptakan regulasi dan strategi secara komprehensif.

"Tidak hanya kompetisi tetapi juga perlunya kolaborasi dalam rangka meningkatkan industri halal," tandas dia.

Pihaknya juga menekankan perlunya inovasi terkait pemasaran aneka produk halal, sehingga memberikan produk-produk baru yang menarik dan mudah diterima masyarakat.

"Inovasi diperlukan karena jika melihat pasarnya dari tahun ke tahun meningkat. Bahkan telah banyak brand-brand global menghadirkan produk halal," kata dia.

Laporan State of Global Islamic Economy Report pada 2017-2019 menyebut Indonesia berada di peringkat ke-11. Dan potensi industri halal secara global mencapai USD2 miliar pada 2016. Diproyeskikan hingga 2022, potensi bisnis halal mencapai USD3,1 miliar.

Sebab itu, imbuh Sapta, perlu ada upaya untuk terus meningkatkan berbagai inovasi yang menarik supaya terus meningkat. Sedangkan total konsumsi ekonomi halal di negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) mencapai USD1,8 triliun.

Sapta menyebut terdapat sejumlah indikator untuk memaksimalkan ekonomi halal. Pertama menjadi pengekspor utama produk halal dengan meningkatkan target geografis dan target industri. Kedua, mengembangkan ekosistem domestik dengan memanfaatkan zona ekonomi khusus dan memberikan insentif untuk menarik perusahaan multinasional kelas atas yang baru.

Ketiga, mengembangkan strategi halal terkoordinasi. Indonesia sekarang mempunyai Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang memiliki kewenangan cukup luas untuk keuangan dan ekonomi Islam. Keempat, meningkatkan kemampuan operasional berkelas dunia, dan kelima adalah substitusi impor.

Indonesia masuk dalam lima besar importir produk halal dunia bersama Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Mesir. Pada 2017, Indonesia mengimpor sekitar USD19,5 miliar produk-produk halal dari negara lain.

"Bagaimana selanjutnya mendorong produk domestik untuk mengganti produk-produk impor yaitu dengan meningkatkan produksi makanan, fashion, kosmetik, farmasi dan media rekreasi," kata dia.

Dia mengatakan, gaya hidup halal banyak dikaitkan agama. Namun pada dasarnya tidak. Gaya hidup halal menjadi pedoman dengan kualitas hidup menyehatkan dan aman bagi semua orang.

Disisi lain, mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini mengatakan, gelaran Pesta Wirausaha 2019 menjadi kesempatan menyuarakan peningkatan kesadaran terhadap produk-produk halal. Kegiatan yang digelar 25-27 Januari 2019 di Ecovention Building Ancol, Jakarta diikuti lebih dari 500.000 anggota TDA dan 12.000 anggota terdaftar dan aktif dalam berbagai kegiatan.

Pesta wirausaha 2019 bertema Kolaboraksi ini juga menghadirkan pembicara inspiratif, panggung expo, panggung kuliner, pemateri digital, 1.000 mentor dan coaching clinic, 250 both pameran, dan diikuti sekitar 3.500 peserta.

Tak hanya itu, acara ini juga dimeriahkan oleh Meet The Investor, EntreprenurRun dan 1.000 coaching. Pihaknya berharap dengan penyelenggaran acara ini dapat menumbuhkan kesadaran terhadap industri halal.

"Kita ingin kesadaran gaya hidup halal semakin berkembang, selain kepatuhan terhadap agama juga menjadi peluang bisnis bagi kehidupan sehari-hari," kata dia.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1677 seconds (0.1#10.140)