Hadapi Pemilu 2019, Pers Harus Mampu Bangun Susana Sejuk

Jum'at, 01 Februari 2019 - 22:13 WIB
Hadapi Pemilu 2019, Pers Harus Mampu Bangun Susana Sejuk
Seminar Hari Pers Nasional 2019, di Universitas Dr Soetomo Surabaya, Jawa Timur, Jumat (01/2/2019). Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Jelang pelaksanaan pemilu pada 17 April 2019, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur menghimbau pers tidak terjebak kepada isu yang memanaskan situasi.

Pers harus bisa menjadi penyejuk, dalam situasi persaingan kontestatasi yang semakin panas.

Ketua PWI Jawa Timur, Akhmad Munir berharap, media bisa berperan aktif dengan menyiarkan informasi yang mengedukasi masyarakat, supaya masyarakat bisa menentukan pilihan calon yang benar dan memiliki sepak terjang baik.

"Jangan malah mempropaganda hal-hal yang tidak baik," ujarnya usai menjadi pembicara dalam Seminar Hari Pers Nasional 2019, dengan tema "Peran pers dalam mewujudkan pemilu 2019 yang aman dan damai" di Universitas Dr Soetomo Surabaya, Jumat (1/2/2019).

Selain itu, peran industri media dalam menekan angka golput juga sangat dibutuhkan. "Media harus menjadi guide bagi masyarakat, agar masyarakat berpatisipasi dalam pemilu, sehingga sedikit yang golput," ujarnya.

Ia juga berharap, supaya media mengarahkan masyarakat untuk memilih calon yang baik menurut hati nuraninya.

Terkait maraknya hujatan dan saling menyebar berita kebencian di media sosial, Munir menegaskan bahwa tugas pers adalah menjadi pembersih dari informasi bohong. "Itulah tantangan terberat juga," ucapnya.

Hadapi Pemilu 2019, Pers Harus Mampu Bangun Susana Sejuk


Dalam kesempatan yang sama, Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar menuturkan, insan pers harus jujur dalam menyampaikan berita. Karena menurut dia, informasi bohong sangat berbahaya bagi masyarakat pembaca.

"Kan ada pepatah yang mengatakan, pena wartawan itu lebih berbahaya dari pada peluru polisi. Kalau sekarang ya jari-jari yang dibuat ngetik," tuturnya.

Rektor Universitas Dr Soetomo Surabaya (Unitomo), Bachrul Amiq menambahkan, di tengah carut-marutnya bangsa, pers saat ini menjadi pilar terakhir bagi bangsa Indonesia. Pers diharapkan mampu menjaga marwahnya sebagai lembaga yang netral.

"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana bangsa ini, jika media juga hancur. Hari ini medialah yang bisa kita harapkan untuk ikut memperbaiki bangsa," tegasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7080 seconds (0.1#10.140)