Adalah Kesultanan Perlak, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Minggu, 03 Februari 2019 - 05:02 WIB
Adalah Kesultanan Perlak, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Kesultanan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia yang berdiri di Aceh Timur. Foto/Istimewa
A A A
Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia ternyata keliru. Kesultanan Islam pertama dan tertua di Indonesia adalah Kerajaan Perlak.

Dalam buku-buku pelajaran di sekolah disebut kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai. Namun, faktanya Perlak lebih dulu eksis daripada Samudera Pasai. Kerajaan Perlak bediri tahun 840-1292 M. Sedangkan kerajaan Samudera Pasai yang sama-sama berada di Aceh derdiri tahun 1267 dan kerajaan ini akhirnya lenyap tahun 1521.

Kesultanan Perlak atau Kerajaan Perlak diyakini para ahli sejarah merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri di wilayah Aceh Timur. Perlak merupakan suatu daerah yang banyak ditumbuhi kayu atau berasal dari kata Peureulak. (Baca juga: Cerita Tan Malaka 'Palsu', yang Sempat Ditangkap di Mojokerto)

Kesultanan ini muncul pada abad ke-9 dan bertahan hingga akhir abad ke-13. Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan eksistensi Kesultanan Perlak sebagai Kerajaan Islam pertama. Di antaranya adalah naskah Idhar al-Haq karya Abu Ishak Makarani, naskah Tadzkirah Thabat Jumu Sulthan As-Salathin karya Syaikh Syamsul Bahri Abdullah al-Asyi, dan naskah Silsilah Raja-Raja Perlak dan Pasai karya Sayyid Abdullah ibn Sayyid Habib Saifuddin.

Sejarah Berdirinya Kesultanan Perlak
Nama Perlak diambil dari nama Kayu Perlak. Kayu jenis ini merupakan kayu khas daerah Perlak. Atas dasar ini lah kemudian daerah penghasil kayu Perlak disebut dengan Negeri Perlak. Setelah perdagangan semakin ramai di Selat Malaka, maka para pedagang pun menyebut Negeri Perlak sebagai Bandar Perlak.

Kitab Negarakertagama menyebut negeri itu dengan nama Parlak. Sementara Marcopolo yang berkunjung ke negeri itu pada tahun 1292 mencatatnya dengan nama Negeri Ferlec. Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, di wilayah Perlak telah berdiri sebuah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang sederhana bernama Kerajaan Perlak. Raja yang berkuasa di kerajaan ini bergelar Meurah yang berarti maharaja.

Perlak semakin berkembang ketika dipimpin oleh Pangeran Salman, seorang pangeran yang memiliki darah Kisra Persia. Putri dari Pangeran Salman kemudian menikah dengan Muhammad Ja’far Shiddiq, seorang pendakwah dari negeri Arab, yang nantinya akan menurunkan pendiri Kesultanan Islam pertama di Nusantara. (Baca juga: Mengenal Pulau Bawean di Kabupaten Gresik dan Julukannya)

Berdasarkan naskah Idhar al-Haq, sekitar tahun 790 M, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar Perlak. Kapal tersebut membawa seratus juru dakwah yang dipimpin oleh nakhoda dari kekhalifahan Abbasiyah. Kapal itu datang dari Teluk Kambay, Gujarat dan berlabuh di Bandar Perlak. (Baca Juga: 4 Ulama Aceh yang Sangat Berpengaruh)

Salah seorang pendakwah itu bernama Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq. Ia adalah seorang muslim Syiah yang melakukan pemberontakan kepada khalifah al-Makmun. Namun, usahanya itu menemui kegagalan, alhasil ia diperintahkan untuk berdakwah keluar dari negeri Arab sebagai hukumannya.

Setelah beberapa waktu berdakwah di Bandar Perlak, Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq menikah dengan putri istana Perlak. Putra pertama hasil dari pernikahan itu bernama Syed Maulana Abdul Azz Syah. Ia mendirikan Kesultanan Perlak pada tahun 840 M, sebagai Kesultanan Islam (Syiah) pertama di Nusantara. Setelah berhasil mendirikan Kesultanan Perlak, ia memperoleh gelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Syah.

Pergolakan Syiah dan Sunni di Kerajaan Perlak

Sultan pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat, yang mendirikan Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H (840 M). Ia mengubah nama ibukota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan di Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur.

Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan.

Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni. (Baca juga: Kolam Segaran, Cerita di Balik Pamer Kekayaan Kerajaan Majapahit)

Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian. Yaitu, Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986-988). Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023).

Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal ketika Kerajaan Sriwijaya menyerang Perlak dan seluruh Perlak bersatu di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006.

Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (memerintah 1230-1267) menjalankan politik persahabatan dengan menikahkan dua putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak.

Putri Ratna Kamala dikawinkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara). Putri Ganggang dikawinkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al Malik Al-Saleh.

Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah 1267-1292). Setelah ia wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan Sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir, putra Al Malik Al-Saleh. Penggabungan yang dilakukan Sultan Samudera Pasai itu menandai berakhirnya kesultanan pertama di Nusantara.

Daftar Sultan yang Pernah Berkuasa di Kesultanan Pelak:

1. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840-864)
2. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)
3. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)
4. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932)
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932-956)
7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-983)
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023)
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059)
10Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-1078)
11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109)
12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-1135)
13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)
14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-1173)
15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200)
16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-1230)
17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-1267
18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292)

Sultan-sultan di atas dibagi dua dinasti. Yaitu Dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah dan Dinasti Johan Berdaulat, yang merupakan keturunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).
Kesultanan Perlak, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Sumber:https://wawasansejarah.com
https://histori.id
tongkronganislami.net
diolah dari berbagai sumber
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7085 seconds (0.1#10.140)