Melalui Koperasi Bersama, Toko Kelontong Harus Terus Eksis

Rabu, 06 Februari 2019 - 16:20 WIB
Melalui Koperasi Bersama, Toko Kelontong Harus Terus Eksis
Para pemilik toko kelontong dikumpulkan di Graha Sawunggaling Surabaya untuk pembekalan masalah manajemen serta koperasi bersama biar mereka terus eksis.Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Keberadaan toko kelontong di Kota Pahlawan sudah berjalan sejak pembentukan peradaban Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

Nah, kehadiran toko kelontong yang kembang kempis saat ini diharapkan bisa bangkit untuk terus eksis. Sebanyak 530 pelaku usaha toko kelontong dikumpulkan di Graha Sawunggaling, Komplek Balai Kota Surabaya untuk diberikan pembekalan dalam rangka bisnisnya terus eksis, Rabu (6/2/2019).

Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati menuturkan, pendampingan pada para pelaku usaha toko kelontongan terus dilakukan untuk menyelamatkan lapak mereka. Selama ini, mereka sudah didampingi dan diberikan pengarahan dari pemkot untuk terus berkembang.

“Kalau total secara keseluruhan di Surabaya ada sebanyak 1.200 lebih toko kelontongan, mereka harus terorganisir untuk terus bertahan di tengah persaingan,” kata Wiwiek.

Ia melanjutkan, para pemilik toko kelontong akan mendapatkan beberapa pelatihan, seperti pelatihan penataan toko, pengelolaan administrasi stok barang dan keluar, pengelolaan keuangan masuk dan keluar serta pemasaran dan penjualannya. “Mereka juga sudah dibentuk beberapa koperasi per kecamatan. Hingga saat ini sudah ada 7 koperasi di 7 kecamatan. Anggotanya pun beragam, ada yang 60 dan ada pula yang 54 anggota. Semuanya berasal dari kecamatan tersebut,” ucapnya.

Adapun tujuh kecamatan yang sudah ada koperasinya itu adalah di Sambi Kerep, Krembangan, Sawahan, Tambaksari, Gubeng, Tenggilis dan Rungkut. Koperasi ini akan terus dibentuk di setiap kecamatan di Surabaya. “Tentunya, nanti di 31 kecamatan Surabaya, diharapkan ada semua koperasinya,” jelasnya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan, pihaknya memang sengaja mengumpulkan para pelaku usaha toko kelontongan karena banyak di beberapa daerah perkotaan, toko kelontongan ini semakin lama semakin punah. Namun di Surabaya, dirinya tidak mau hal itu terjadi. Malah sebaliknya, ia menginginkan toko kelontongan itu bisa terus hidup dan semakin survive.

“Saya ingin menghidupkan toko kelontongan ini, saya ingin mereka makin survive di tengah perkembangan zaman,” kata Risma.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menambahkan, memang tidak mudah untuk menghidupkan dan membuat mereka terus survive. Namun, semua itu bukan tidak mungkin untuk dilakukan bersama-sama. Makanya, Pemkot Surabaya membentuk mereka perkelompok di setiap kecamatan.

“Kita buat koperasi per kecamatan. Progresnya pun sangat bagus, terbukti di Kecamatan Sawahan dan Rungkut. Pasti ada yang jalan dan ada pula yang tidak. Nah, nanti yang tidak jalan ini akan kita evaluasi,” jelasnya.

Mantan Kepala Bappeko Surabaya ini menjelaskan, dengan dibentuk koperasi, maka mereka akan bisa membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk tokonya secara bersama-sama. Apabila membeli bersama-sama dengan jumlah yang banyak, maka dipastikan harganya akan lebih murah, sehingga sangat cocok untuk dijual kembali dan keuntungannya bisa lebih besar. “Jadi, mereka nanti bisa mendapatkan barang yang lebih murah melalui kelompok ini. Kami juga ajari dan training mereka pengelolaan toko dan keungannya,” imbuhnya.

Melalui cara itu, ia berharap para pelaku usaha toko kelontongan ini akan survive. Jika sudah survive, maka bisa dipastikan mereka akan bisa bersaing meskipun banyak toko modern. Apalagi, jumlah penduduk Kota Surabaya terus bertambah. “Artinya, kebutuhan sehari-hari warga akan semakin bertambah. Mereka ini akan menjadi solusi solutif karena mereka sendiri yang menjadi juragan dan pelayan bagi tokonya masing-masing. Bahkan, nanti mereka bisa membuka lowongan kerja baru, minimal anak cucunya yang akan melanjutkan usahanya itu,” ujarnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7208 seconds (0.1#10.140)