Mantan Kajati Jatim Sebut Praktik Korupsi Hambat Investasi

Sabtu, 16 Februari 2019 - 22:51 WIB
Mantan Kajati Jatim Sebut Praktik Korupsi Hambat Investasi
Mantan Kajati Jatim Maruli Hutagalung bersama pekerja di PT Maspion. Foto/SINDONews/Lukman Hakim
A A A
SURABAYA - Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim, Maruli Hutagalung menyebut, praktik korupsi mampu menghambat kinerja investasi, terutama di Jatim. Jika investasi terhambat, maka penyerapan tenaga kerja juga akan melambat. Ujungnya, kesejahteraan warga sulit bisa terwujud.

Pada akhir 2018, Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis data provinsi dengan kasus korupsi kepala daerah terbanyak. Dalam data tersebut, Jatim menduduki peringkat pertama dengan jumlah 14 kepala daerah yang terjerat di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Korupsi itu menghambat dunia usaha. Kalau perizinan sulit karena korupsi, perusahaan enggak bisa maju, akhirnya enggak bisa serap tenaga kerja. Yang rugi rakyat,” ujar Maruli saat berkunjung ke pabrik Maspion di Sidoarjo, Sabtu (16/2/2019).

Sejumlah kepala daerah di Jatim yang terjerat korupsi dalam dua tahun terakhir ini antara lain, Wali kota Madiun Bambang Irianto, Bupati Pamekasan Achmad Syafii, Wali Kota Mojokerto Mas'ud Yunus, Wali Kota Batu Eddy Rumpoko, Bupati Nganjuk Taufiqurrahman, Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko.

Ada lagi Wali Kota Malang Mochammad Anton, Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa, Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, Wali Kota Blitar Samanhudi dan Wali Kota Pasuruan Setiyono. “Pemberantasan korupsi menentukan kemudahan berbisnis, easy of doing business. Kalau berbisnis mudah, tanpa pungli dan korupsi, perusahaan berkembang, buruh sejahtera,” tandasnya.

Di sisi lain, caleg DPR RI dari Partai Nasdem ini mengapresiasi Maspion sebagai kelompok usaha dengan penyerapan tenaga kerja lokal sangat besar. Perusahaan milik Alim Markus ini memproduksi berbagai rangkaian produk peralatan rumah tanggadan peralatan listrik rumah. Perusahaan tersebut saat ini mempekerjakan sebanyak 18.000 karyawan.

“Saya sebelum menjadi jaksa, juga pernah menjadi buruh pabrik. Itu setelah lulus STM (sekolah teknik menengah). Berkat kerja keras, saya bisa jadi jaksa,” katanya
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7345 seconds (0.1#10.140)