Impor Jatim Capai USD2,05 Miliar, 82,71 persen Bahan Baku

Rabu, 20 Februari 2019 - 13:08 WIB
Impor Jatim Capai USD2,05 Miliar, 82,71 persen Bahan Baku
Nilai impor Jatim pada Januari 2019 mencapai USD2,05 miliar, naik 0,61 persen dibanding Januari 2018.
A A A
SURABAYA - Nilai impor Jatim pada bulan Januari 2019 mencapai USD2,05 miliar atau naik 0,61 persen dibanding Januari 2018.

Sementara dibanding Desember 2018, turun 5,11 persen. Kondisi yang turun ini ditunjukkan kinerja impor komoditas migas maupun impor nonmigas yang sama-sama mengalami penurunan.

Impor migas bulan Januari 2019 turun 20,75 persen, dari USD381,47 juta menjadi USD302,31 juta. Impor migas menyumbang 14,75 persen dari total impor Januari 2019. Nilai impor migas mengalami penurunan sebesar 26,82 persen bila disbanding Januari 2018.

Impor nonmigas turun sebesar 1,75 persen dibanding bulan sebelumnya, dari USD 1.777,90 juta menjadi USD 1.746,81 juta. Impor nonmigas menyumbang 85,25 persen total impor Januari 2019 ke Jatim.

“Dibanding Januari 2018, nilai impor nonmigas masih mengalami kenaikan sebesar 7,60 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono, Rabu (20/2/2019).

Pada bulan Januari 2019, impor didominasi bahan baku dan penolong dengan nilai USD1,69 miliar atau berkontribusi 82,71 persen dari total impor. Sementara itu, impor barang-barang modal berada diurutan berikutnya dengan kontribusi 9,35 persen atau setara USD191,58 juta.

Impor barang-barang konsumsi merupakan golongan barang yang paling sedikit diimpor dengan kontribusi 7,94 persen atau setara USD162,67 juta.

“Selama Januari 2019, impor nonmigas terbesar didominasi dari China dengan nilai USD557,41 juta. Angka ini 22,82 naik dibanding Januari 2018,” ujar Teguh.

Bahan bakar motor tanpa timbal dari RON 90 hingga RON 97 tidak dicampur, menjadi komoditas impor dengan nilai tertinggi pada Januari sebesar USD87,61 juta.

Komoditas tersebut dominan diimpor dari Singapura sebesar USD58,85 juta. Komoditas kalium klorida juga banyak diimpor dengan nilai USD62,59 juta.

Bawang bombay, bawang merah, bawang putih, bawang bakung/perai dan sayuran sejenis lainnya, segar atau dingin merupakan komoditas yang mengalami penurunan impor paling tinggi. “Pada Desember 2018 sebesar USD104,40 juta menjadi USD71,68 juta,” pungkas Teguh.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6292 seconds (0.1#10.140)