KA Diharapkan Bisa Jadi Backbone Moda Transportasi Darat di Jatim

Jum'at, 22 Februari 2019 - 08:06 WIB
KA Diharapkan Bisa Jadi Backbone Moda Transportasi Darat di Jatim
Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak.Foto/SINDOnews/Lukman Hakim
A A A
SURABAYA - Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak berharap kereta api (KA) mampu menjadi tulang punggung (backbone) moda transportasi darat.

Harapan itu disampaikan karena transportasi massal tersebut sangat diminati masyarakat umum.

"Kereta api harus jadi backbone transportasi darat. Untuk itu, (KA) perlu dikembangkan. Baik jumlah maupun jalurnya," kata Emil saat menghadiri Forum Group Discussion (FGD) Pengembangan Perkeretaapian di Provinsi Jatim untuk Mendukung Aglomerasi Surabaya dan sekitarnya, di Hotel JW Marriot Surabaya, Kamis (21/2/2019).

Emil mengaku, untuk memenuhi keinginan tersebut, membutuhkan waktu yang cukup lama. Harus melalui perhitungan, perencanaan dan penelitian cukup rumit. "Maka perlu juga melibatkan stakeholder atau pihak-pihak yang berkepentingan. Seperti akademisi, pemerintah, civil society, bahkan para pakar dari luar negeri di bidang intra urban maupun intra regional railway," katanya.

Walau demikian, kata Emil, moda transportasi perkeretaapian sangat diharapkan dan mampu menjadi backbone transportasi darat. Apalagi, menurutnya, transportasi KA memiliki beberapa keunggulan, yaitu kapasitas dan daya angkut yang besar, baik untuk angkutan barang maupun penumpang.

"Salah satunya juga tidak berdampak pada persoalan kemacetan, tingkat keamanan tinggi, memiliki kecepatan tinggi dan tarif relatif murah," ujarnya.

BACA JUGA: Maret, Kereta Bandara Soetta Layani Penumpang dari Stasiun Manggarai

Meski dinilai sangat rumit, Emil menyampaikan, bahwa Kementerian Perhubungan sudah melakukan beberapa langkah konkrit untuk meningkatkan daya tampung kereta api di Jawa Timur. Misalnya membangun dual track untuk jurusan Madiun Jombang, serta penyediaan lahan untuk relokasi kereta api menuju Porong.

Namun yang menjadi pertanyaan, Kota Surabaya sebagai kota megapolitan mau dibawa kemana dalam hal konsep transportasinya. Karena itu, menurut Emil, persoalan transporasi sangat berpengaruh terhadap persoalan perekonomian masyarakat.

"Kita lihat Surabaya situasinya crowded luar biasa, apabila sudah maksimal ditakutkan nantinya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonominya. Kalau sudah demikian siapa lagi yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Jatim," ungkapnya.

Karena itu, dirinya akan melihat kembali model transporasi di wilayah Gerbangkertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) melalui rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang sudah ditanda tangani oleh seluruh bupati/wali kota se-Gerbangkertasusila tahun 2107 lalu untuk segera disahkan.

"Apabila sudah disahkan, maka kita tinggal merencanakan jalur baru kereta api baik untuk kereta api barang maupun penumpang. Sedangkan untuk konektifitas dan mobilitas jalur tersebut harus melalui perencanaan dan perhitungan yang tepat," ungkapnya.

Pengembangan moda KA, menurutnya, tidak boleh mengesampingkan moda massal yang sudah ada. Termasuk yang harus diperhitungkan adalah aspek pendekatan transportasi secara inter-moda. "Pada intinya harus ada keterpaduan perencanaan," urainya.

Menteri Perhubunga, Budi Karya Sumadi mengatakan, pelaksanaan FGD tersebut sejalan dengan program pemerintah pusat. Diharapkan dengan diadakannya FGD itu akan menghasilkan konsep tentang angkutan massal yang dapat dijadikan percontohan oleh daerah lain di Indonesia.

"Intinya pemerintah merencanakan sesuatu yang terbaik untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya. Tetapi jangan sampai melupakan aspirasi masyarakat. Biarkan masyarakat berbicara," tandasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7877 seconds (0.1#10.140)