Para Penerbang Tempur Lanud Iswahjudi, Diuji Bertahan Hidup

Jum'at, 22 Februari 2019 - 08:32 WIB
Para Penerbang Tempur Lanud Iswahjudi, Diuji Bertahan Hidup
Para peserta survivor melaksanakan penyeberangan kering. Foto/Ist.
A A A
MADIUN - Kemampuan bertahan hidup para penerbang tempur Lanud Iswahjudi, diuji di lereng Gunung Wilis, melalui berbagai rintangan dan hambatan untuk menyelamatkan diri.

Mereka harus mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia di alam, untuk berlindung dan bertahan hidup guna menyelamatkan diri menuju daerah kawan.

"Latihan survival dasar ini, diikuti 37 penerbang tempur dan ground crew Lanud Iswahjudi," ujar Komandan Latihan Survival Dasar tahun 2019, Mayor Pnb. I Kadek Suta Arimbawa.

Sesuai skenario, latihan dibagi menjadi dua skenario yaitu survival di hutan (jungle survival) dan survival di laut (sea survival). Di mana, setiap jenis survival memiliki skenario yang berbeda-beda.

"Pembagian skenario latihan ini, bertujuan memberikan dua gambaran yang berbeda kepada pelaku latihan saat harus menghadapi jenis survival yang berbeda," ujar Aribawa.

Berdasarkan skenario survival di hutan (jungle survival). Foxtrot Flight terdiri dari dua pesawat dengan empat crew, melaksanakan misi bantuan tembakan udara di daerah pegunungan yang dikuasai kelompok separatis.

Saat melaksanakan operasi penerbangan, dikarenakan data intelijen yang kurang tepat, maka kedua pesawat tertembak di bagian mesin, sehingga pesawat kehilangan kendali. Hal ini memaksa penerbang melakukan eject untuk menyelamatkan diri.

Keempat penerbang dapat mendarat di lokasi yang tidak berjauhan dengan aman, tetapi mereka mendarat di lokasi yang dekat dengan wilayah kekuasaan gerakan separatis, sehingga harus bertahan hidup sampai datang bantuan pertolongan.

Para Penerbang Tempur Lanud Iswahjudi, Diuji Bertahan Hidup


Para crew harus menempuh rute perjalanan darat, yang menuntut kemampuan mereka untuk mengobati rekan yang terluka, bekerja sama sebagai tim untuk menyelesaikan persoalan, menembak dalam rangka membela diri, serta memanfaatkan peta dan kompas, serta isi hutan untuk tetap hidup dan menjauh dari wilayah musuh.

Sedangkan survival di laut (sea survival). Kilo flight terdiri dari dua pesawat dan empat crew melaksanakan misi serangan udara langsung di pesisir pantai, untuk membantu pasukan kawan yang sedang terdesak.

Pada saat melaksanakan misi, wingman mengalami spatial disorientation dan menabrak pesawat leader sehingga berakibat kerusakan pada flight control kedua pesawat.

Penerbang memutuskan untuk eject di atas minimum ejection altitude dan mendarat di perairan. Untuk bertahan hidup di dalam air, para crew mengembangkan pelampung dan Dinghy-One-Man sambil menunggu pertolongan dari tim SAR.

Setelah berhasil membuka komunikasi dengan tim SAR, mereka diperintahkan untuk menuju ke koordinat tertentu untuk memudahkan penjemputan. Namun pada perjalanan tersebut para penerbang melihat di kejauhan terdapat pesawat helikopter musuh yang mendekat.

Dengan segera para penerbang membalikkan Dinghy-One-Man untuk memberikan penyamaran, bahwa tidak ada kehidupan di perairan tersebut, dengan harapan pesawat musuh segera pergi menjauh dari wilayah tersebut.

Setelah dirasa aman, para penerbang melanjutkan perjalanan dan kemudian menuju ke koordinat yang di tentukan. Para crew melihat helikopter SAR yang sedang berpatroli mencari posisi survivor. Dengan sigap para survivor kemudian menggunakan pistol signal untuk memberikan sinyal kepada helikopter SAR tersebut.

Awak helikopter melihat sinyal yang ditembakkan oleh survivor, dan terbang menuju ke arah survivor, para survivor melempar granat asap agar posisi mereka lebih jelas terlihat dari helikopter penyelamat. Dengan tanda asap tersebut, anggota tim combat SAR berhasil menemukan lokasi para survivor, dan akhirnya berhasil di evakuasi.

Latihan survival ini dikhususkan untuk melatih, dan memberikan pengalaman praktis kepada para penerbang tempur saat menghadapi berbagai kemungkinan yang dialami dalam melaksanakan operasi di daerah musuh atau daerah pertempuran.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.4386 seconds (0.1#10.140)