Cucu Bung Hatta: Milenial, Ayuk ke Museum Daripada ke Mal

Jum'at, 22 Februari 2019 - 13:21 WIB
Cucu Bung Hatta: Milenial, Ayuk ke Museum Daripada ke Mal
Cucu proklamator Indonesia Muhammad Hatta, Gustika Jusuf Kalla mengajak kaum milenal untuk belajar sejarah dengan mengunjungi museum daripada kongkow di mal. SINDOnews/Rasyid Ridho
A A A
LEBAK - Gustika Jusuf Kalla , cucu Proklamator Indonesia Muhammad Hatta, mengajak kaum generasi milenal untuk belajar sejarah dengan mengunjungi museum daripada kongkow di mal.

"Sama teman-teman daripada ke mal mulu, bisa jalan-jalan ke museum. Museum juga sudah ber-ac, selain jalan-jalan juga bisa belajar," kata Gustika saat menghadiri peringatan Setahun Museum Multatuli, Lebak, Banten.

Menurut dia, agar menggemari sejarah anak muda tidak hanya membaca buku saja. Tapi, bisa mengunjungi museum sambil belajar seperti ke Museum Multatuli yang menjadi museum antikolonial pertama di Indonesia. (Baca juga: Kepada Ribuan Milenial, Sandiaga: Mari Pecahkan Soal Pengangguran)

"Museum multatuli di Indonesia lebih bagus dibanding multatuli di Belanda. Di sini lebih besar ada perpustakaan dan terlihat lebih terawat," ujarnya.

Selain itu, kata alumnus War Studies di King's College, London itu belajar sejarah tidak hanya sebatas menghafal tapi didalamnya ada nilai-nilai yang sudah diperjuangkan untuk kemerdekaan Indonesia.

"Kesadaran yang harus dibangun adalah bukan sekedar menghafal sejarah saja. Tapi, nilai-nilai yang diperjuangkan itu apa, dan bisa mengerti, mengkhayati lebih dalam negara ini," kata Gustika.

Untuk diketahui, Museum Multaltuli didirikan setahun lalu yang mengenang tokoh Belanda penolak kolonialisme tersebut menampilkan sejarah kolonialisme dan antikolonialisme dari berbagai sisi.

Didalamnya tergambar Museum Multatuli memiliki tujuh ruang pamer. Setiap ruangan mewakili periode di dalam sejarah kolonialisme.

Ruang pertama merangkap sebagai lobi dengan hiasan wajah Multatuli terbuat dari kepingan kaca serta kalimat kutipan Multatuli yang tenar: “Tugas Seorang Manusia Adalah Menjadi Manusia”. (Baca juga: Ini Alasan Anak Milenial Memilih Motor Chopper)

Ruang kedua mengisahkan masa awal kedatangan penjelajah Eropa ke Nusantara. Ketiga, tentang periode tanam paksa dengan fokus budidaya kopi. Keempat, ruang Multatuli dan pengaruhnya kepada para tokoh gerakan kemerdekaan.

Kelima, menceritakan gerakan perlawanan rakyat Banten dan kemudian gerakan pembebasan Indonesia dari penjajah Belanda. Keenam, terdiri dari rangkaian kronologis peristiwa penting di Lebak dan era purbakala. Ketujuh, terdiri dari foto mereka yang pernah lahir, menetap serta terinspirasi dari Lebak.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.2180 seconds (0.1#10.140)