Catat! Generasi Milenial Waspadai Hipertensi Berpotensi

Minggu, 24 Februari 2019 - 07:01 WIB
Catat! Generasi Milenial Waspadai Hipertensi Berpotensi
Generasi milenial diminta mewaspadai hipertensi dengan melakukan pola hidup sehat. Studi epidemiologi di AS menemukan 7,3% kaum milenial terkena hipertensi. Foto/Istimewa.
A A A
SURABAYA - Angkatan milenial diimbau mewaspadai adanya penyakit hipertensi dengan melakukan pencegahan dan pengontrolan penyakit ini.

Utamanya mereka yang berusia 15 tahun ke atas yang menempati 68,7% dari populasi (SUPAS 2015) dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia.

Mereka dianjurkan melakukan modifikasi salah satu faktor penyebab hipertensi yaitu melakukan pola hidup sehat sehingga mengurangi risiko terkena hipertensi.

“Salah satu faktor risiko hipertensi adalah gaya hidup yang tidak tepat yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum milenial. Studi epidemiologi di AS menemukan sebanyak 7,3% kaum milenial (dewasa muda usia 18-39 tahun) terkena hipertensi dan sebanyak 23,4% termasuk kategori pre-hipertensi," kata dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin, SpJP selaku pakar hipertensi.

Gaya hidup yang dimaksud lebih mengarah pada aktivitas fisik yang berkurang dikarenakan semakin berkembangnya fasilitas yang ada seperti lift yang membuat masyarakat semakin jarang menggunakan tangga, kebiasaan merokok, mengonsumsi makanan instan dan cepat saji yang banyak mengandung MSG yang jika sering dikonsumsi akan meningkatkan risiko hipertensi. Faktor psikososial seperti stress akibat pekerjaan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.

“Hipertensi disebut juga sebagai penyakit silent killer atau penyakit yang tidak menimbulkan tanda-tanda khusus. Rata-rata kaum miilenial diketahui terkena hipertensi saat melakukan medical check-up, itu pun jika ada program dari kantornya. Sebenarnya hal ini tidak dapat disepelekan, apabila kaum milenial tidak sadar dengan faktor risiko yang ada, maka dapat menimbulkan penyakit berat seperti stroke, ginjal dan jantung," jelasnya.

"Maka dari itu, penting untuk meningkatkan awareness masyarakat dengan melakukan deteksi dini atau mengukur tekanan darah sendiri di rumah, apalagi sekarang sudah ada alat pengukur tekanan darah digital yang lebih memudahkan masyarakat dalam mengukur, jadi seharusnya sudah tidak ada hambatan. Selain itu, pencegahan hipertensi juga dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi garam makanan instan atau cepat saji yang mengandung MSG, perbanyak aktivitas fisik dan pola hidup sehat lainnya,” tambahnya.

Secara menyeluruh, tren prevalensi penyakit hipertensi sampai saat ini masih terus meningkat, demikian pula halnya dengan berbagai penyakit yang berkaitan langsung dengan hipertensi seperti gagal ginjal, stroke dan penyakit jantung.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 34,1% masyarakat Indonesia dewasa umur 18 tahun keatas terkena hipertensi. Angka ini mengalami peningkatkan sebesar 7,6% dibanding dengan hasil Riskesdas 2013 yaitu 26,5%. (Baca juga: Diet Tinggi Protein dan Rendah Kalori Kunci Turunkan Berat Badan).

"Berdasarkan data WHO 2018, prevalensi hipertensi di dunia sebesar 40% dan rata-rata dimulai pada usia 25 tahun dan menurut data Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%," ungkap Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD-KGH, K.Ger selaku Pakar Hipertensi dan Guru Besar di Departemen Penyakit Dalam FKUI.

Faktor risiko hipertensi dapat dilihat dari dua sisi yaitu disebabkan oleh faktor penyerta lain seperti kerusakan organ (jantung, ginjal atau penyakit kardiovaskular lainnya) dan faktor lingkungan atau gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi makanan serba instan dan konsumsi garam berlebih.

"Faktor lainnya yaitu faktor usia, dikatakan semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi angka tekanan darahnya, biasanya lebih banyak terjadi pada laki-laki di atas usia 50 tahun, sedangkan bagi perempuan di usia 65 tahun saat post-menopause,” kata dia

Pada intinya, hipertensi harus diobati, semakin cepat lebih baik, karena jika tidak segera diobati dapat menimbulkan kerusakan target organ, infark jantung, stroke, gagal ginjal, vaskular yang berakibat buruk sehingga dapat menimbulkan kematian dan kecacatan.

Pengobatan hipertensi juga ditujukan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dengan cara mengendalikan maksimal semua faktor risiko yang ada.

"Kami menghimbau, masyarakat mau melakukan pencegahan dengan menerapkan modifikasi gaya hidup, makan sehat, olahraga teratur dan patuh terhadapat pengobatan hipertensi yang saat ini mudah didapatkan, serta melakukan deteksi dini tekanan darah baik di rumah maupun di fasilitas kesehatan yang ada," tutup Prof Suhardjono.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0270 seconds (0.1#10.140)