Energi Baru, Hasilkan Bioavtur Melalui Sekam Padi

Senin, 20 Agustus 2018 - 10:40 WIB
Energi Baru, Hasilkan Bioavtur Melalui Sekam Padi
Mahasiswa ITS menunjukan proses sekam padi menjadi bioavtur. Foto/SINDONews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Kemandirian energi terus dikembangkan, untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Salah satunya, dengan memanfaatkan sekam padi yang melimpah.

Sejak 2014, Indonesia mencapai defisit hingga 0,9 juta kiloliter untuk salah satu hasil olahan minyak bumi, yaitu aviation turbine fuel atau biasa disebut avtur.

Beberapa penelitian, telah dilakukan untuk mengganti bahan bakar pesawat terbang jenis jet ini dengan bioavtur, yakni avtur berbahan dasar minyak kelapa sawit.

Sayangnya, hasil produksi bioavtur dari minyak kelapa sawit masih kurang ekonomis, karena terlalu mahalnya harga bahan baku.

Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berupaya mencari bentuk produksi bioavtur yang lebih efektif dan efisien.

Konvensionalnya, minyak kelapa sawit disuling dengan menggunakan katalis SiO2 (silika). Namun dengan cara tersebut, bioavtur yang dihasilkan hanya sebanyak 36 persen dari volume minyak kelapa sawit.

"Sudah katalisnya mahal, hasilnya pun sedikit," ucap Mabrur Zanata, ketua tim penelitian ITS, Senin (20/8/2018).

Ia melanjutkan, tercetuslah ide untuk mengganti katalisatornya dengan abu sekam padi. Tentu saja tidak dengan pertimbangan yang sedikit.

Total produksi gabah di Indonesia cukup besar, mencapai angka 70,87 juta ton tiap tahunnya. Menariknya, kandungan silika dalam sekam padi sendiri bisa mencapai 90 persen.

 Energi Baru, Hasilkan Bioavtur Melalui Sekam Padi


Namun, proses produksi yang dilakukan tim ini bukan tanpa halangan. Mahasiswa Departemen Teknik Kimia ini, mengaku cukup lama waktu yang dibutuhkan untuk mengolah sekam padi hingga menjadi silika.

"Pertama-tama, kami harus mengaktifkannya menggunakan asam klorida, kemudian menghilangkan pengotor dengan proses kalsinasi," ucap Mabrur.

Proses berlanjut dengan melakukan impregnasi silika menggunakan logam nikel. "Di tahap ini kami baru menyelesaikan katalisnya," jelas mahasiswa asal Bogor ini.

Katalis tersebut, kemudian direaksikan dengan minyak kelapa sawit yang beragam persentase katalisnya dalam dua variabel suhu, yaitu 300 dan 400 derajat celcius.

"Hasil paling optimum yang kami dapat ialah 45,17 persen bioavtur, yang didapat dari perbandingan katalis dan minyak kelapa sawit sebesar 3:100," sambungnya.

Hasil penelitian tersebut, sempat dipresentasikan dalam gelaran International Seminar on Science and Technology 2018, pada 9 Agustus lalu.

Guna menyempurnakan hasil ini, Mabrur berencana menggunakan dua variabel perbandingan katalis lain, yaitu senilai tujuh persen dan sembilan persen.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5371 seconds (0.1#10.140)