Kota Surabaya dan Denyut Ekonominya Tempo Dulu (Bagian II)

Kamis, 07 Maret 2019 - 08:16 WIB
Kota Surabaya dan Denyut Ekonominya Tempo Dulu (Bagian II)
Jalan Tunjungan Surabaya sejak masa lalu hingga saat ini masih menjadi jantungnya perekonomian Surabaya. Foto/SINDOnews/Lukman Hakim.
A A A
PERKEMBANGAN industri di Surabaya terus mengalami peningkatan hingga terjadinya Perang Dunia II pada tahun 1942 dimana Indoneisa di kuasa oleh Jepang.

Dari sekian, kawasan yang menjadi sentra perekonomian di Surabaya, Tunjungan merupakan tempat yang paling ramai. Sebab lokasinya yang memang cukup strategis.Tempat ini terhubung dengan semua pasar yang ada di Surabaya.

Tunjungan juga menjadi akses perekonomian dari daerah-daerah luar Surabaya. Bahkan Tunjungan kala itu disebut sebagai DownTown atau Pusat Kota.

Memang saat itu sudah ada pasar Wonokromo, namun dari segi keramaian perdagangan masih kalah jauh dibandingkan dengan Tunjungan. Namun disebabkan Tunjungan juga menjadi tempat pemberhentian bis yang menghubungkan Surabaya-Malang, maka posisi Tunjungan lebih strategis.

Pada 1878 diresmikan stasiun kereta api yang menghubungkan Surabaya-Pasuruan. Lalu pada tahun berikutnya dibangun stasiun di Kota Malang. Dampak dari pembangunan stasiun ini sangat terasa dengan semakin ramainya perdagangan di Surabaya. Lebih-lebih ketika pada tahun 1903 pelabuhan Tanjung Perak juga diresmikan, lalu lintas perekonomian Surabaya semakin ramai.

Pembangunan sarana transportasi, rel kereta api ini semakin meluas ke daerah-daerah seperti Lumajang, Probolinggo dan Jember untuk wilayah timur. Sedangkan untuk wilayah Barat ada Mojokerto, Kertosono dan Jombang hingga Madiun. Produk pertanian yang banyak diperdagangkan adalah kopi, gula, teh, coklat, karet, tebu dan juga padi.

Sebelum Jalan Praban dan Jalan Tunjungan, pada abad ke-17 Ampel merupakan tempat menjadi lokasi perdagangan yang ramai dikunjungi dan menjadi pusat kota Surabaya. Ketika Ampel surut maka muncullah Jalan Panggung yang merupakan tempat tinggal banyak warga Cina atau biasa disebut Pecinan.

Menyusuri jalan kearah selatan ada Jalan Karet . Disini banyak berdiri bangunan kuno yang dulu merupakan toko. Sedangkan Pabean menjadi pasar yang paling ramai dikunjungi.

Untuk pelabuhan, sebelum Tanjung Perak, untuk wilayah utara ada pelabuhan Sukodono menjadi tempat yang cukup ramai lalu lintas perdagangannya. Sedangkan wilayah timur ada pelabuhan Ampel.

Kala itu pedagang Sukodono sudah mulai merambah ke sejumlah pulau luar Jawa seperti Kalimantan. Bahkan di pulau ini mereka sudah membentuk koloni hingga menjadikan daerah yang mereka tinggali dinamakan Sukodono. Penyebaran pedagang Sukodono ini hingga mencapai Sampit.

Saat itu, dalam transaksi perdagangan warga mengandalkan sungai brantas sebagai sarana transportasi. Disepanjang sungai ini terdapat pasar yang akan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sebut saja, pasar Wonokromo, Pabean,Cantikan dan juga pasar Kaputran. Seiring dengan perkembangan perekonomian ini, warga Surabaya banyak yang konsumtif dimana mereka banyak membeli alat-alat untuk kebutuhan rumah tangga.

Pada tahun 1743 daerah mulai Cirebon hingga Probolinggo oleh Kerajaan Mataram diserahkan pada VOC. Sejumlah sejarawan menyebut, penyerahan daerah kekuasaan ini disebabkan Kerajaan Mataram mempunyai beban hutang yang tidak mampu dibayar oleh Mataram. Salah satu kota yang menjadi kekuasaan VOC adalah Surabaya. Setelah itu, VOC membangun tempat pertahanan yang berada kawasan Jembatan Merah.

Sejak awal abad ke-20 Jalan Tunjungan menjadi salah satu pusat komersial Kota Surabaya. Selain menjadi jalan penghubung daerah pertokoan utama di Surabaya. Jalan Tunjungan juga menghubungkan daerah perumahan disebelah selatan, barat dan juga timur Surabaya seperti Darmo, Sawahan, Gubeng dan Ketabang dengan kawasan perdagangan yang ada di Jembatan Merah.

“Dulu, Surabaya dijuluki kota Indamardi. Singkatan dari Industri, Perdagangan,Maritim dan Pendidikan. Sekarang diubah menjadi kota Perdagangan dan Jasa (Perjas),” pungkas Yousri. (Selesai)
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.7978 seconds (0.1#10.140)