Gandeng Provider Telekomunikasi, Khofifah Siapkan Sistem Peringatan Dini

Jum'at, 08 Maret 2019 - 07:05 WIB
Gandeng Provider Telekomunikasi, Khofifah Siapkan Sistem Peringatan Dini
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa meninjau langsung bencana banjir yang melanda wilayah Kabupaten Madiun. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa akan menyiapkan sebuah sistem peringatan dini atau atau early warning system bencana berbasis digital.

Hal ini penting dilakukan mengingat topografi wilayah Indonesia termasuk Jatim yang memungkinkan sering terjadi bencana.

Khofifah menjelaskan, saat ini masyarakat hampir semuanya memiliki gadget. Maka harus bisa dimanfaatkan dengan baik khususnya dalam hal antisipasi atau waspada bencana. Dicontohkan, untuk banjir di Ngawi disebabkan oleh adanya luapan sungai Bengawan Solo yang masuknya lewat kali Madiun.

Sehingga dibutuhkan waktu sekitar 6 jam air akan sampai Ponorogo dan sekitar 10 jam sampai Ngawi.“Kami sedang mengkomunikasikan dengan provider-provider agar bisa mengirimkan informasi kepada masyarakat akan terjadinya bencana lewat SMS misalnya,” katanya, Jum’at (8/3/2019).

Khofifah juga meminta masyarakat Jatim untuk bisa living harmony with disaster mengingat topografi wilayah Jatim. Masyarakat Jatim harus mengetahui bahwa lima bencana tertinggi yang mungkin terjadi di Jatim. Yakni banjir, kebakaran, angin termasuk di dalamnya puting beliung, dan tanah longsor. “Saat ini memang banjir merupakan peringkat nomor satu bencana yang sering terjadi di Jatim,” imbuhnya.

Terkait perawatan embung-embung yang sudah ada, kata dia, harus menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah dan masyarakat. Hal ini perlu menjadi perhatian karena memiliki manfaat yang cukup besar yakni sebagai penampungan air ketika hujan, dan sumber air ketika kemarau.

“Di Jatim ada sekitar 416 desa yang berpotensi kekeringan saat musim kemarau dan banjir saat musim hujan, maka diperlukan embung untuk bisa menyimpan dan memanfaatkan air,” terang mantan Menteri Sosial (Mensos) ini.

Dia menambahkan, biopori juga menjadi penting dalam hal antisipasi saat musim hujan maupun kemarau. Sehingga setiap bangunan memiliki serapan-serapan air yang baik. Sedangkan di sisi petani akan dilakukan penyisiran untuk pemberian asuransi sehingga saat terjadi banjir dan gagal panen petani tetap terkonversi oleh asuransi.

“Asuransi dibutuhkan petani agar mereka tetap punya harapan bahwa ada yang dijaminkan saat terjadi gagal panen,” terangnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8608 seconds (0.1#10.140)