Kakek Pengemis di Kota Bogor Ini Miliki Mobil dan Beristri Tiga

Rabu, 20 Maret 2019 - 17:06 WIB
Kakek Pengemis di Kota Bogor Ini Miliki Mobil dan Beristri Tiga
Pengemis tanpa hidung bermobil dan beristri tiga serta juragan angkot diamankan Dinsos dan Satpol PP Kota Bogor. Foto/SINDOnews/Haryudi
A A A
BOGOR - Seorang kakek tanpa hidung asal Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang sehari-hari menjadi pengemis. Diamankan petugas gabungan Kota Bogor.

Pengemis yang diketahui bernama HM. alias Nur (80) tersebut, diamankan petugas gabungan Dinas Sosial dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bogor, setelah fotonya sempat viral di grup WhatsApp (WA) dan media sosial.

Pria Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang sering mangkal di kawasan Simpang Yasmin Jalan Sholeh Iskandar-KHR Abdullah Bin Nuh tersebut, jadi perbincangan warganet di Bogor, lantaran fotonya tersebar sedang membuka kunci mobil Daihatsu Xenia hijau muda ketika petugas Satpol PP menertibkan alat peraga kampanye (APK), Senin 18 Maret 2019.

Bahkan dikabarkan, Nur juga memiliki istri tiga serta sejumlah angkot. Namun demikian, saat terjaring dan digelandang ke kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor, di warung sebelah Masjid di Jalan KHR Abdullah Bin Nuh dekat Simpang Semplak, Rabu (20/3/2019), Nur membantah semua kabar terkait kepemilikan mobil, istri dan juragan angkot itu.

"Ah enggak, saya enggak punya mobil, beneran enggak punya," ujarnya saat ditemui di Kantor Dinsos Kota Bogor, Rabu (20/3/2019).

Nur berdalih, mobil yang dipakainya itu memang selalu digunakan baik saat hendak maupun sesudah mengemis dari rumahnya. "Iya naik mobil, tapi mobilnya bukan punya saya, saya cuma nyewa, nanti orangnya bisa dipanggil," kilahnya.

Saat ditanya kabar tentang memiliki istri tiga dan sejumlah angkot, ia juga membantahnya. "Enggak enggak ada, kalau dulu iya istri tiga waktu masih muda tapi dua sudah cerai. Sekarang saya duda yang terakhir meninggal. Enggak, saya juga bukan juragan angkot," katanya.

Ketika ditanya berapa penghasilan yang didapat dalam sehari mengemis di sepanjang Jalan KHR Abdullah bin Nuh dan Sholeh Iskandar, ia mengaku cukup lumayan.

"Ya biasa sehari dari pagi sampai siang atau siang sampai sore saya dapat minimal Rp200 ribu," tuturnya.

Kakek Pengemis di Kota Bogor Ini Miliki Mobil dan Beristri Tiga


Sementara itu Kepala Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Bogor Azrin Syamsudin mengatakan, pihaknya bersama Satpol PP sengaja menangkap karena memang keberadaan para PMKS ini kadang sudah meresahkan.

"Nanti kami setelah identifikasi terkait domisili pengemis tersebut apa betul tinggal di Cibungbulang, Kabupaten Bogor, kami akan lakukan home visit. Kemudian kalau sudah dilakukan home visit, pihaknya akan membuatkan berita acara dengan kepala desa setempat," terangnya.

Menurutnya, mereka para PMKS yang sudah tertangkap satu atau lebih dari dua kali, pihaknya akan melakukan pembinaan dan dikenakan sanksi sesuai Perda.

"Kemudian langkah kedua yaitu pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Bogor dan yang ketiga Pemkot juga akan berkoordinasi dengan Balai Rehabilitasi Sosial di Citeureup, Kabupaten Bogor," katanya.

Setelah dilakukan proses identifikasi ini, pihaknya juga akan membawa ke Balai Rehabilitasi atau kemungkinan dipulangkan. Tapi, kata dia, harus para pelaku PMKS ini harus membuat perjanjian agar tak mengulang kegiatan mengemis di Kota Bogor.

"Dengan catatan jika tertangkap sekali lagi, maka yang bersangkutan terpaksa akan dimasukan ke Balai Rehabilitasi," tandasnya.

Menurutnya, para PMKS yang beroperasi di wilayahnya sebagian besar datang dari luar Kota Bogor. Rata-rata dari hasil tangkapan dan pendataan yang terjaring itu kebanyakan mereka berasal dari Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur kadang ada juga dari Depok dan terkadang buangan dari Jakarta mengemis di Kota Bogor. "Tapi yang dari Jakarta umumnya mengamen," ujarnya.

Meski demikian lanjut dia, PMKS yang terjaring di Kota Bogor saat ini lebih sedikit di banding tahun-tahun sebelumnya. "Biasanya setiap kali operasi bisa mencapai 45 orang, tapi sekarang kadang 15-20 orang saja. Karena sudah banyak yang beralih menjadi penjual tisu atau sapu, itu mereka dulunya pengemis," ungkapnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7503 seconds (0.1#10.140)