APPERTI Segera Bentuk Bank Pendidikan

Minggu, 24 Maret 2019 - 06:43 WIB
APPERTI Segera Bentuk Bank Pendidikan
Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi Indonesia menggelar Rakernas dan Seminar Nasional yang dihadiri Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kemristekdikti Patdono Suwignjo. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Perguruan tinggi menghadapi masalah krusial terkait daya tampung. Dari 4.200 kampus, yang paling banyak adalah perguruan tinggi yang kecil.

Lebih parahnya perguruan tinggi itu tidak mungkin mendapat bantuan dari pemerintah. "Inilah yang menjadi program APPERTI untuk memperjuangkan kepentingan penyelenggara perguruan tinggi, terutama sebagian besar yang perlu dukungan perguruan tinggi swasta (PTS) yang sudah mapan," ujar Ketua Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi Indonesia (APPERTI) Jurnalis Uddin.

Dia mengatakan hal itu saat menghadiri Rakernas dan Seminar Nasional APPERTI bertemakan ‘Hilangnya Legitimasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi di Era Disruption’. Kegiatan tersebut diadakan di aula kampus Yarsi Jakarta, Sabtu (23/3/2019).

Dari sinilah, kata Jurnalis, muncul ide untuk mendirikan bank pendidikan yang dibangun oleh APPERTI. " Saya kira kalau dikelola dengan baik maka bisa menjadi besar yang nantinya dapat membantu pembiayaan penyelenggaraan pendidikan."

Jurnalis menyebutkan APPERTI memiliki target bank pendidikan dapat berdiri setahun kemudian. Bank itu nanti beroperasi seperti halnya koperasi simpan pinjam yang mengelola dana anggota. Namun pendirian bank pendidikan tetap mengacu kepada regulasi yang dikeluarkan oleh OJK.

Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) M. Budi Djatmiko lebih menyoroti perubahan di era digital disruption yakni era keterkejutan dengan teknologi digital. Hampir semua bidang dapat diakses melalui digital, dunia perbankan, ritel, wisata, penerbangan dan sebagainya.

Akibat mudahnya penggunaan digital dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga tidak diperlukan lagi SDM yang menguasai bidang-bidang itu. Banyak yang memanfaatkan aplikasi dalam genggaman. Dan mereka menciptakan ekonomi baru yang disebut Unicron.

Akibatnya pula banyak program studi yang terpaksa ditutup."Yang terjadi saat ini pendidikan D3 dan S1 yang menyangkut pemenuhan kompetensi di bidang-bidang itu tutup semua nanti dikarenakan dampak-dampak semua itu yang disebut dengan distraction," jelasnya.

Lebih lanjut dia menegaskan, sebagai lembaga pendidikan sekaligus pimpinan Yayasan apakah APPERTI membiarkan itu semua. "Kita masih ngajar di cara-cara lama, classroom classical pasti ditinggalkan pasti. Semuanya tinggal hitung-hitung waktu saja," tandasnya.

Terkait pendanaan perguruan tinggi, menurut dia, gagasan mendirikan perbankan pendidikan bertujuan untuk membantu perguruan tinggi yang membutuhkan agar bisa memberikan jalan keluar jika ada perguruan tinggi yang punya masalah keuangan.

" Yayasan itu sulit sekali untuk pinjam di perbankan karena tidak harus menggunakan nama pribadi itu yang jadi masalah. Gagasan ini memberikan dorongan semacam itu untuk saling membantu," katanya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8886 seconds (0.1#10.140)