Ponpes Al Amin Ngasinan Kota Kediri Steril TBC

Minggu, 24 Maret 2019 - 05:01 WIB
Ponpes Al Amin Ngasinan Kota Kediri Steril TBC
Pengasuh Ponpes Al Amin Ngasinan KH Anwar Iskandar menyatakan, belum pernah ditemukan santri ataupun pengurus yang terserang TBC.
A A A
KEDIRI - Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Amin Ngasinan, Kota Kediri KH Anwar Iskandar menyatakan, belum pernah ditemukan santri ataupun pengurus yang terserang TBC.

Pihaknya terus berupaya menjaga kebersihan lingkungan ponpes agar santri dan pengurus tidak terserang penyakit, baik menular maupun tidak menular. “Secara periodik kami bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat untuk penyuluhan soal kesehatan lingkungan,” katanya Minggu (24/3/2019).

Gus War, sapaan akrab KH Anwar Iskandar menambahkan, ada dua yang dilakukan agar tidak ada penyakit-penyakit berbahaya yang menjangkiti lingkungan pesantren. Pertama, santri harus sehat dengan cara berolah raga. Setiap pagi, pihaknya mewajibkan santri untuk berolah raga tiap pagi. Atau setidaknya berjemur.

“Kami juga menyiapkan menu-menu sarapan yang bergizi. Setiap hari masakan berbeda-beda. Tidak hanya menu tempe saja, tapi terkadang ikan dan juga telur ayam. Pokoknya makanan-makanan yang banyak protein,” jelasnya.

Ponpes dianggap rentan terhadap TBC karena banyak ditemukan asrama di ponpes kondisinya lembab, gelap, dan pengap. Hal itu membuat bakteri penyebab TBC bisa tumbuh dengan cepat. Jika kamar santri jarang terkena sinar matahari, ruang ventilasi minim, dan sering becek, dekat dengan kamar mandi, maka peluang terjangkit penyakit TBC sangat besar.

“Biasanya, asrama santri yang kotor itu karena over kapasitas. Daya tampungnya empat kadang diisi puluhan orang,” terang Gus War.

Data tahun Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim 2017 menunjukkan, jumlah penderita TBC sebanyak di Jatim mencapai 120 ribu orang lebih. Dari jumlah tersebut, baru 39 persen yang ditemukan dan dari jumlah tersebut sebanyak 89 persen telah mendapatkan pengobatan secara optimal.

Minimnya penderita TBC yang ditemukan diduga akibat rumah penderita jauh dan terpencil. Sehingga tidak mampu berobat secara rutin, badan tidak kuat untuk pergi ke balai pengobatan karena kurang gizi. Penderita juga masih ragu dengan tenaga medis.

“Kami siap jika di ponpes dibangun rusun. Lahannya kami siapkan. Dengan begitu, santri akan tinggal di tempat yang lebih memadai,” tandas Gus War.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.4801 seconds (0.1#10.140)