Caleg Gagal, Stres Pikirkan Utang Menumpuk

Jum'at, 19 April 2019 - 17:32 WIB
Caleg Gagal, Stres Pikirkan Utang Menumpuk
Tak semua caleg memiliki modal yang cukup untuk bertarung. Menjual aset dan berhutang adalah dua pilihan yang tak bisa dihindari jika ingin memenangkan pertarungan.Foto/Ilustrasi
A A A
MOJOKERTO - Menjadi caleg yang serius untuk duduk di parlemen, tentu saja bukan hal yang sederhana. Butuh mental yang kuat, finansial yang tak sedikit dan jaringan yang mengakar.

Jika tidak, bisa dipastikan jika caleg ini akan mengakhiri cerita sedih pemilu. Sindonewsjatim.com sempat mewawancarai beberapa caleg setelah mereka habis-habisan bertarung. Lalu, apa saja yang mereka alami dan rasakan.

Tak semua caleg memiliki modal yang cukup untuk bertarung. Menjual aset dan berhutang adalah dua pilihan yang tak bisa dihindari jika ingin memenangkan pertarungan. Bagi mereka yang sudah memilih dua cara itu, beban yang ditanggung juga tak sedikit. Terlebih, caleg yang modal hutang dan berakhir dengan kegagalan menjadi wakil rakyat. (Baca juga: Rumah dan Toyota Fortuner Melayang, Perolehan Suaranpun Mengecewakan)

Ipin, sebut saja nama caleg ini, ia memilih untuk menggadaikan sertifikat rumahnya untuk modal nyaleg. Tak hanya itu, mobil satu-satunya milik Ipin juga telah melayang. Ditambah lagi, ratusan juta hutang dari pihak lain harus kita tanggung selama ini. "Modalnya memang sangat besar. Harus berani memilih meski hutang banyak setelah ini," ujar Ipin.

Ia pun sudah menghitung berapa beban utang yang ia tanggung dan harus selesai selama lima tahun menjabat sebagai anggota dewan nanti. Dan menurutnya, tak banyak sisa gaji yang dia dapat selama lima tahun ke depan. "Tinggal sekarang mikir bagaimana memberesi hutang-hutang kemarin. Ini sudah habis-habisan," tandasnya.

Sementara para pemilih juga memiliki alasan untuk menerima serangan fajar. Rata-rata dari mereka menganggap pemilu merupakan pesta demokrasi yang bisa diharapkan 'hasilnya'. Tak heran, setiap satu rumah pemilih di Kota Mojokerto, misalnya, bisa mendapatkan uang jutaan rupiah dari serangan fajar. "Semua uang diterima. Soal siapa yang dicoblos, urusan nanti," kata Jontor, sebut saja begitu nama pemilih ini. (Baca juga: Caleg Gagal, Pengkhianatnya Ternyata Tim Sukses Sendiri)

Jontor tak terlalu risau jika dianggap sebagai transaksional dan tak memiliki komitmen terhadap caleg. Karena menurutnya, ini merupakan pesta masyarakat juga. "Kalau mereka (caleg) bisa mendapatkan gaji setiap bulan setelah jadi. Kalau kita, dapatnya cuma sekali ini," ungkapnya.

Pemilih, kata dia, tak sedikit yang tersinggung dengan sikap para caleg yang dianggap justru membeli pemilih. Karena menurutnya, tak sedikit caleg yang tak berniat menyampaikan visi misinya. "Datang-datang lewat tim sukses dan bawa uang. Kita seperti dibeli. Makanya, kita juga tidak mau tau," jelasnya.

Di Kota Mojokerto sendiri, rata-rata para caleg melakukan vote buying Rp100 ribu per pemilih. Namun tak sedikit pula caleg yang memilih membeli suara Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per pemilih. Tak heran, setiap rumah bisa mengantongi jutaan rupiah dari banyak caleg yang memberi uang melalui tim sukses masing-masing. (Selesai-3)
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1044 seconds (0.1#10.140)