Ayo Gerakan Budaya Wisata Ramah dari Kota Batu

Senin, 22 April 2019 - 13:14 WIB
Ayo Gerakan Budaya Wisata Ramah dari Kota Batu
Walikota Batu, Jawa Timur, Dra. Hj. Dewanti Rumpoko, M.Si saling bertukar cenderamata dengan Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM, sebelum menyaksikan pergelaran Anuge
A A A
JAKARTA - Keramahtamahan adalah pesona Indonesia yang menjadi nadi bangsa ini sejak berabad silam.Sikap rendah hati, tenggang rasa, melayani adalah ciri dan watak Indonesia.

Ciri bangsa Indonesia ini pula yang sejak dulu telah memikat hasrat pelancong mancanegara. Keramah tamahan pun telah menjadi daya tarik wisata.

Sikap ini pula yang ditunjukkan Walikota Batu, Jawa Timur, Dra. Hj. Dewanti Rumpoko, M.Si ketika tampil menyampaikan taklimat ‘nguri-uri’ (merawat) budaya dan pariwisata.

“Monggo rawuh (silahkan datang) ke Kota Batu. Nanti akan disambut oleh rekan-rekan dari Dinas Pariwisata dengan sangat senang dan tangan terbuka. Insya Allah akan saya terima di Pendopo Balaikota Among Tani,” ujarnya, di tengah hadirin yang akan menyaksikan pergelaran Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (21/04/2019).

Meskipun leading sektor pengembangan pariwisata menjadi tugas dinas pariwisata dan budaya, namun menurutnya, setiap pejabat harus mampu menjadi marketing. “Sehingga potensi wisata kita makin dikenal. Semua komponen juga mesti terlibat. Tidak bertumpu pada OPD (Organisasi Perangkat Daerah) tertentu saja,” tegas Dewanti.
Ayo Gerakan Budaya Wisata Ramah dari Kota Batu


Pariwisata kota Batu merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Objek wisatanya sangat beragam, dari sejarah, retail, pendidikan, hingga kawasan alam. Jumlah kunjungan wisatawan ke kota ini merupakan salah satu yang terbesar bersama dengan Bali dan Yogyakarta.

“Kota Batu ini kota kecil. Hanya tiga kecamatan, 19 desa, lima kelurahan. Tahun ini Kota Batu akan berusia 18 tahun. Penduduknya hanya 210 jiwa. Tapi alhamdulillah kami bisa mendatangkan wisatawan tahun lalu sekitar 7,2 juta jiwa. Itu luar biasa,” ujar Dewanti bangga.

Kota Batu, lanjut Dewanti, menyimpan sejuta eksotisme. Ada Jatim Park, Batu Secret Zoo, dan Eco Green Park. Paling legendaris, kata Dewanti, adalah Slecta, merupakan obyek wisata buatan.

“Bentar lagi musim kemarau. Jika musim kemarau Kota Batu justru lebih dingin mencapai 10 derajat celcius. Jadi tidak perlu gunakan AC, karena seluruh Kota Batu saya pasangin AC. Jadi kalau datang pertengahan tahun, jangan lupa bawa jaket,” ujarnya berkelakar.

‘Bantengan’ Ekspresi Budaya Kota Batu
Terkait dengan wisata budaya, kata Walikota perempuan ini, seni dan budaya Kota Batu menjadi daya tarik tersendiri. Seni tradisional sebagai warisan leluhur terus dipertahankan, diantaranya seni ‘Bantengan.’ Sebagai bentuk ekspresi budaya, kesenian ini kerap difestivalkan.

“Kami sudah beberapa kali menggelar seni ‘Bantengan’ secara kolosoal. Pernah kami gelar 1000 Banteng dan pecut digelar di stadion Brantas. Bantengan sudah sampai ke mancanegara, ke Prancis, Australia, dan Malaysia. Masyarakat dari berbagai belahan dunia sangat antusias melihat kesenian ini,” ujar Dewanti.

Di pergelaran Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur ini, duta seni daerah Kota Batu, menampilkan tiga sesi pertunjukan, tari ’Glendo Barong’, tari ’Jaranan Wedok’ dan drama tari, ’Legenda Putri Banyak’.
Ayo Gerakan Budaya Wisata Ramah dari Kota Batu


Tari ’Glendo Barong’, adalah atraksi Barong yang beratnya mencapai 50 kg. Menceritakan legenda ’Naga Geni’ yang digambarkan sebagai sosok angker ’Samber Nyowo’. Kesenian ini umumnya dimainkan bersama kesenian ’Jaran Kepang’.

Sementaran tari ’Jaranan Wedok’, mengisahkan para pengawal Ratu, penunggang kuda semua perempuan. Mereka adalah perisai melindungi Ratu, digambarkan sebagai sosok perempuan kuat, licah, gesit, dan para prajurit tangguh.

Drama tari, ’Legenda Putri Banyak’ menceritakan seorang putri bernama Raden Ayu Suci Kitri yang ditugaskan ayahnya, Mpu Supo untuk menjaga pusaka kerajaan Majapahit. Dalam tugasnya Raden Ayu Suci Kitri menemui banyak rintangan. Salah satunya ia diburu Adipati Blambangan yang bernama Minak Jinggo.

Namun seorang Empu bernama Eyang Simo Marutho menyelamatkan Raden Ayu Suci Kitri. Pusaka kerajaan Majapahit tersebut hingga kini diyakini masih tersimpan di gunung Banyak. Pusaka berlekuk 13 tersebut bernama, Kiyai Sengkelat, Kiyai Nogososro, dan Kiyai Sabuk Inten.
Ayo Gerakan Budaya Wisata Ramah dari Kota Batu


Para seniman yang terlibat di pergelaran ini, antara lain; Winarto S.Sn (Ide Cerita/Gagasan), Sunarto (Penulis Cerita), Win Ekram (Sutradara), Yahya (Asisiten Sutradara), Tim Sanggar Tari Satwika Tungga Wisti (Penata Tari), Susilo Utomo (Penata Musik), Fery Hendriyatna (Penata Panggung), Hari Arifin (Penata Artistik), Puji Rahayu (Penata Kostum dan Penata Rias), serta didukung puluhan pengrawit, penyanyi dan penari.

Duta seni dari Kota Batu ini di bawah pembinaan langsung Walikota Batu, Dra. Hj. Dewanti Rumpoko, M.Si. Selaku Penasehat, adalah Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Drs. Imam Suryono, MM. Penanggungjawab Winarto S.Sn (Kepala Bidang Kebudayaan Kota Batu), serta Retno Probowati, S.Sos, bertindak sebagai Pimpinan Produksi.
Ayo Gerakan Budaya Wisata Ramah dari Kota Batu


Turut menyaksikan pergelaran ini, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM. Hadir juga Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Drs. Imam Suryono, MM, penyanyi dan musisi, Sonny Josz yang populer lewat lagu campursari, ’Sri Minggat’, serta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Batu, para warga dan pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.

Bertindak sebagai Juri Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).

Di penghujung bulan April 2019 ini, Anjungan Jawa Timur TMII selanjutnya menampilkan para duta seni daerah dari Kabupaten Sidoarjo (28/04/2019), dan acara peringatan Hari Tari Dunia, Sabtu (27/04/2019).
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5983 seconds (0.1#10.140)