Belajar Toleransi Dari Warga Dusun Sebaluh di Lereng Gunung Kawi

Minggu, 22 Desember 2019 - 10:34 WIB
Belajar Toleransi Dari Warga Dusun Sebaluh di Lereng Gunung Kawi
Warga Dusun Sebaluh, Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, menggelar selamatan dan doa bersama di punden dusun. Foto/Dok.Dusun Sebaluh
A A A
MALANG - Mereka hidup di dusun yang ada di sisi barat lereng Gunung Kawi, menghadap ke pegunungan Anjasmara. Dusun yang hadir dengan keindahan alam khas tanah Nusantara.

(Baca juga: Mas Yudi Adalah Kakiku, dan Mas Agung Adalah Mataku )

Hamparan sawah yang menghijau, berpadu dengan deretan rumah warga, menghadirkan harmonisasi kehidupan dengan penuh kesederhanaan. Dusun Sebaluh, ya sebuah dusun yang masuk wilayah Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Bukan hanya alamnya yang indah, warganya pun sangat ramah.

Mereka mampu hidup berdampingan dalam segala kebhinekaan. Warga dusun yang sederhana itu, selalu bekerjasama, bergotong royong, dan membangun jiwanya penuh rasa toleransi dalam persaudaraan sejati.

"Warga di sini ada yang beragama Islam, Hindu, Kristen, serta penganut kepercayaan. tetapi mereka hidup bersama-sama secara rukun sejak nenek moyang kami," ujar Kepala Dusun Sebaluh, Imam Bashori.

Rasa kekeluargaan hadir di tengah 2.900 jiwa penduduk Dusun Sebaluh. Menurut Imam, setiap hari pasti ada masalah dan perbedaan, tetapi warga mampu menjaga kerukunan dan menyelesaikan konflik yang terjadi secara kekeluargaan.

Budaya toleransi turun-temurun hadir di tengah masyarakat agraris ini. Mereka begitu menjaga keharmonisan hidup di antara kebhinekaan yang hadir di dusunnya. "Sejak nenek moyang kami, sudah hidup rukun di dusun ini," ungkap Imam.

Kalau umat muslim merayakan Idul Fitri, pastinya semua warga merayakannya tanpa memandang perbedaan agama yang dianut. Demikian juga ketika umat Kristen merayakan Natal, dan umat Hindu merayakan Nyepi.

Bahkan, setiap pembangunan rumah ibadah, fasilitas pendukung rumah ibadah, sampai seluruh infrastruktur di dusun, warga yang berbeda-beda agama ini selalu rukun bergotong royong.

Setiap kegiatan dusun, mereka akan selalu melebur menjadi satu di Punden Desa. "Kami mengenal dua selamatan besar di dusun, yakni saat tahun baru Jawa atau satu syuro, dan saat bulan Agustus. Upacaranya dipusatkan di punden. Doanya dilakukan oleh seluruh agama," ungkap Imam.

Setiap umat agama, akan menggelar doa secara bergantian di punden desa saat acara selamatan dusun. Demikian juga ketika ada acara-acara khusus di dusun, pastinya akan bergantian berdoa menurut agama dan kepercayaannya secara bergantian.

Seni budaya yang masih kuat mengakar di masyarakat, menjadi salah satu media pemersatu warga. Hal ini juga diakui oleh Joko Umbar. Warga RT 18 Dusun Sebaluh, yang lihai bermain karawitan ini, aktif di kegiatan kesenian maupun keagamaan.

Di durunya, lanjut Joko, sudah biasa habis ikut kegiatan sholawatan langsung ikut kegiatan karawita atau campursari. "Hampir semua kesenian tradisional tumbuh subur di sini, dan ini salah satu yang menyatukan kami," ungkapnya.

Lereng Gunung Kawi di musim peenghujan, yang selalu menghadirkan kabut putih yang penuh kelembutan dan hawa sejuknya. Membawa warga dusun ini selalu menghadirkan kehangatan dalam persaudaraan sejati di tengah kebhinekaan.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.8007 seconds (0.1#10.140)